RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Ya BAKII 1 Kesugihan
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / 2
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan
A.
Kompetensi Inti (KI)
KI 3 Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
3.14 Menilai hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
|
·
Mengidentifikasi peristiwa
(antara lain: perjalanan pendidikan, karier, perjuangan) dalam biografi
tokoh.
·
Memilih hal yang dapat
diteladani dari teks biografi.
·
Menilai hal yang dapat
diteladani dari teks biografi.
|
4.14Mengungkapkan kembali hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh yang terdapat dalam teks
biografi yang dibaca secara tertulis.
|
·
Menyampaikan kembali
hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh yang terdapat dalam teks biografi
·
Memberikan komentar secara
tertulis terhadap tokoh yang dapat diteladani dalam teks biografi.
|
C.
Materi Pembelajaran
1) Pola penyajian cerita ulang (biografi).
2)
Hal-hal yang patut
diteladani dari tokoh dalam biografi.
D. Kegiatan Pembelajaran
1.
Pertemuan Pertama: (2 JP)
Model :
Discovery Learning
Metode : Diskusi
Indikator :
(1)
Mengidentifikasi peristiwa
(antara lain: perjalanan pendidikan, karier, perjuangan) dalam biografi tokoh.
(2)
Memilih hal yang dapat
diteladani dari teks biografi.
Tahap Pembelajaran
|
Deskripsi
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
1.
Peserta didik menjawab
salam dari guru dan berdoa bersama.
2.
Peserta didik menyaksikan
cuplikan film Sang Pencerah yang sudah disiapkan guru.
3.
Peserta didik merespons
pertanyaan guru tentang tokoh Ahmad Dahlan dalam film tersebut.
4.
Peserta didik menerima
informasi tentang tujuan pembelajaran dan maanfaatnya.
5.
Peserta didik menerima
informasi tentang cakupan materi dan penilaiannya.
|
10
menit
|
Inti
|
1.
Peserta didik mendapatkan informasi dari guru tentang
kerja kelompok.
2.
Peserta didik berkelompok.
3.
Peserta didik membaca teks
biografi.
4.
Peserta didik
mendiskusikan dalam kelompok tentang struktur teks biografi dan isi teks
biografi (antara lain: perjalanan pendidikan,
karier, perjuangan tokoh).
5.
Peserta didik menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi.
6.
Peserta didik menuliskan hal-hal yang dapat diteladani dari
tokoh.
7.
Peserta didik (tiap kelompok) mempresentasikan hasil pengamatan tentang struktur teks, isi teks, dan
hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi dengan
menggunakan power poin.
8.
Peserta didik menanggapi presentasi yang dilakukan oleh kelompok
lain.
9.
Peserta didik dipandu guru menyimpulkan hal-hal yang dapat
diteladani dari tokoh
10.
Peserta didik mendapat penguatan dari guru tentang hal-hal yang
dapat diteladani dari tokoh.
|
70
menit
|
Penutup
|
1.
Peserta didik
mendapatkan informasi tugas rumah (individu)
yaitu membaca teks biografi tokoh dan mengidentifikasi struktur teks,
isi, dan hal-hal yang dapat diteladani tokoh.
2.
Peserta didik
mendapatkan motivasi dari guru dan menjawab salam penutup.
|
10
menit
|
2. Pertemuan Kedua: ( 2 JP)
Model :
Discovery Learning
Metode : Diskusi
Indikator:
(3)
Menilai hal yang dapat
diteladani dari teks biografi.
Tahap Pembelajaran
|
Deskripsi
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
1.
Peserta didik menjawab salam dari guru
dan berdoa bersama.
2.
Peserta didik
merespons pertanyaan guru yang berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya.
3.
Peserta didik
menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.
Peserta didik
menerima informasi tentang tujuan pembelajaran dan manfaatnya.
5.
Peserta didik
menerima informasi tentang cakupan materi
dan penilaiannya.
|
10 menit
|
Inti
|
1.
Peserta didik
dalam kelompok mendiskusikan tugas rumah dari pertemuan sebelumnya tentang membaca teks biografi tokoh dan mengidentifikasi struktur
teks, isi, dan hal-hal yang dapat diteladani tokoh.
2.
Peserta didik mendiskusikan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh
dalam teks biografi.
3.
Peserta didik menilai hal-hal yang
dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi.
4.
Peserta didik menyampaikan penilaian
yang telah ditulis.
5.
Peserta didik
yang lain memberikan tanggapan terhadap penilaian yang disampaikan.
6.
Peserta didik
dipandu guru menyimpulkan penilaian terhadap hal-hal yang dapat diteladani
tokoh.
7.
Peserta didik
mendapatkan penguatan dari guru tentang meneladani tokoh
|
70 menit
|
Penutup
|
1.
Peserta didik mendapatkan informasi
tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada
pertemuan berikutnya.
2.
Peserta didik mendapatkan motivasi
dari guru dan menjawab salam penutup.
|
10 menit
|
E. Teknik penilaian
Jenis Penilaian : Tes Tertulis
Penugasan
Bentuk Penilaian
: Uraian
Penugasan
Instrumen Penilaian
: Kisi-kisi, soal, kunci, dan penskoran terdapat pada lampiran
F.
Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1.
Media/Alat : Power
Point, LCD,
laptop, speaker, teks, film/ video biografi tokoh, HP android, internet
2.
Bahan :
Teks biografi
3.
Sumber : Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan/Buku Siswa. 2015. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.
Lampiran-lampiran:
1.
Materi Pembelajaran Pertemuan 1
2. Instrumen Penilaian
Pertemuan 1
3. Materi Pembelajaran
Pertemuan 2
4.
Instrumen Penilaian Pertemuan 2
Mengetahui
Kepala
SMA Ya BAKII 1 Kesugihan
Moh.Khasbulloh Maulana
NIP -
|
|
Kroya,
1 Juni 2016
Guru
Pengampu
SUKRINIAM
NIP
-
|
Lampiran 1
Materi Pembelajaran Pertemuan 1
Pengertian Biografi
Biografi adalah sebuah tulisan yang membahas
mengenai kehidupan seseorang. Secara sederhana, pengertian biografi adalah sebuah kisah
riwayat hidup seseorang. Biografi juga dapat diartikan sebagai suatu kisah atau
keterangan perjalanan kehidupan seseorang bersumber dari kisah nyata. Istilah biografi
berasal dari bahasa Yunani dari kata bios dan graphien. Arti kata
bios adalah hidup dan graphien berarti tulis. Biografi dapat
terdiri atas beberapa baris atau lebih daru satu buku.
Dari biografi dapat ditemukan kejadian-kejadian hidup
seseorang atau misteri hidup seseorang dengan penjelasan berupa tindakan atau
perilaku dalam hidupnya. Biografi dapat menceritakan kehidupan tokoh
penting/terkenal dan tidak terkenal, namun biasanya Biografi bercerita tentang
tokoh-tokoh sejarah baik yang hidup maupun yang telah tiada. Sekarang ini
biografi banyak ditulis secara kronologis.
Struktur Biografi
Struktur biografi sebagai berikut.
1.
Orientasi
Orientasi merupakan bagian yang menjelaskan pengenalan
tokoh yang berisi gambaran awal tokoh yang diceritakan dalam biografi tersebut.
2.
Peristiwa dan
Masalah
Bagian peristiwa atau kejadian yang berisi sebuah
peristiwa atau kejadian pernah dialami, termasuk didalamnya berisi tentang
masalah yang pernah dihadapinya dalam tujuan serta cita-citanya. Hal-hal yang
menarik, mengagumkan, mengesankan, dan mengharukan pernah dialami tokoh
diuraikan dalam bagian ini.
3.
Reorientasi
Reorientasi adalah bagian penutup yang berisi
pandangan penulis terhadap tokoh yang bersifat opsional artinya dapat ada atau
tidak.
Sumber:
http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-biografi-ciri-ciri-biografi.html#.
Diunduh 1 Mei 2016.
Biografi Jenderal
Sudirman
Dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman
menurut Ejaan Soewandi dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang
memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas
Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid
Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama
pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah
ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan
menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam
menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu
tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu
revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal.Meski
menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia
berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di
kepanduan Hizbul Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di
Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di
Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya
terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan
dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia
tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini. Sudirman
merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh
pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak
dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen
dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat
ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit
tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan
sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan
perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah
satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916,
ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang
terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah
guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal
disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru
di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan
kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin
tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat
menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas
ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang
dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu
kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah
Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil
merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai
tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat
Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih
menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya
lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui
Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi
karena prestasinya.
Ketika pasukan
sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang,
ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat
pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR
yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di
Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan
serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama
lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat
pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan
Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota
Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta
sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu
yang berfungsi. Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian
berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota
kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk
tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak
bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada
Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan
ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang
lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang
lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat
juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat
dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia
harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang
secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang
pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan
koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai
jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih
relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini
meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki,
Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
Sumber:
http://www.biografiku.com/2009/02/biografi-jenderal-sudirman.html.
Diunduh 1 Mei 2016
Lampiran 2
Instrumen Penilaian
Pertemuan Pertama
Kisi-kisi Penilaian
IPK
|
Materi
Pembelajaran
|
Indikator
Soal
|
Teknik
Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
Nomor
Soal
|
Mengidentifikasi peristiwa (antara lain: perjalanan pendidikan,
karier, perjuangan) dalam biografi tokoh.
|
Pola penyajian cerita ulang (biografi).
|
Disediakan teks biografi, peserta didik dapat mengidentifikasi
struktur teks tersebut.
|
Tes tertulis
|
Uraian
|
1
|
Memilih hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
|
Hal-hal yang patut diteladani dari tokoh
dalam biografi.
|
Disediakan teks biografi, peserta didik dapat mengidentifikasi
hal-hal yang patut diteladani.
|
Tes tertulis
|
Uraian
|
2
|
Soal
Bacalah teks biografi berikut dengan cermat!
Biografi
Jenderal Sudirman
Dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman
menurut Ejaan Soewandi dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang
memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas
Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid
Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama
pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman
pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam
Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam
menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu
tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu
revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal.Meski
menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia
berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di
kepanduan Hizbul Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di
Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di
Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya
terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan
dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia
tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini. Sudirman
merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh
pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak
dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen
dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat
ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit
tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan
sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan
perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan
salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916,
ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang
terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah
guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal
disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru
di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan
kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin
tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat
menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas
ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang
dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu
kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah
Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil
merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai
tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat
Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih
menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya
lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui
Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi
karena prestasinya.
Ketika pasukan
sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang,
ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat
pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR
yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di
Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan
serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama
lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat
pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan
Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota
Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di
Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya
tingggal satu yang berfungsi. Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun
kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa
anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk
tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak
bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada
Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan
ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang
lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang
lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat
juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat
dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia
harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang
secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang
pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan
koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai
jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih
relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini
meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki,
Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
Sumber:
http://www.biografiku.com/2009/02/biografi-jenderal-sudirman.html.
Diunduh 1 Mei 2016
1.
Identifikasikanlah
struktur
teks biografi Jenderal Sudirman!
2.
Tulislah hal-hal yang patut
diteladani dari tokoh Jenderal Sudirman!
Kunci
1.
Struktur teks
biografi Jenderal Sudirman
Bagian Struktur
|
Kutipan Teks
|
Orientasi
|
Dikenal sebagai salah satu
pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman menurut Ejaan Soewandi
dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang memperoleh pangkat
bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini
lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya
bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak
tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi.
Ketika Sudirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan
organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
|
Peristiwa dan Masalah
|
Ketika pendudukan Jepang, ia
masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan,
langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima
Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
|
Sementara pendidikan militer
diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di
Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di
Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes
tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang
dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu
kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
|
|
Reorientasi
|
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi
anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat
dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini
akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun. Pada
tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai
Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
|
2.
Hal-hal yang patut
diteladani dari tokoh Jenderal Sudirman.
a.
Jenderal Sudirman memiliki
rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang tinggi.
b.
Jenderal Sudirman pantang
menyerah dalam berjuang.
c.
Jenderal Sudirman memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi dalam mengemban tugas.
d.
Jenderal Sudirman memiliki
sikap yang tegas.
e.
Jenderal Sudirman memiliki
jiwa sosial yang tinggi.
Penskoran
Rubrik Penilaian Identifikasi Struktur Teks Biografi
No.
|
Aspek Penialaian
|
Skor
|
1.
|
Isi struktur teks biografi
|
Maksimal 10
|
|
a.
Isi struktur
teks biografi lengkap
|
8 – 10
|
|
b.
Isi struktur
teks biografi kurang lengkap
|
4 – 7
|
|
c.
Isi struktur
teks biografi tidak ada
|
0 – 3
|
|
|
|
2.
|
Kelengkapan struktur teks biografi
|
Maksimal 10
|
|
a.
Struktur
lengkap
|
8 – 10
|
|
b.
Struktur
kurang lengkap
|
4 – 7
|
|
c.
Struktur tidak
ada
|
0 – 3
|
|
|
|
|
|
|
|
Skor Total
|
20
|
Rubrik Penilaian Hal-hal yang Patut Diteladani Teks
Biografi
No.
|
Aspek Penialaian
|
Skor
|
.1.
|
Menemukan hal yang diteladani 5
|
20
|
2.
|
Menemukan hal yang diteladani 4
|
19
|
3.
|
Menemukan hal yang diteladani 3
|
18
|
4.
|
Menemukan hal yang diteladani 2
|
17
|
5.
|
Menemukan hal yang diteladani 1
|
16
|
Program Remedial dan Pengayaan
Remedial
No.
|
Nama
Siswa
|
IPK
|
Tindak lanjut
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengayaan
No.
|
Nama
Siswa
|
IPK
|
Tindak lanjut
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penilaian Sikap
Jurnal
No.
|
Tanggal
|
Nama Siswa
|
Kejadian/masalah
|
Tindak lanjut
|
1.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lampiran 3
Materi Pertemuan Kedua
Biografi Ki
Hajar Dewantara
Tokoh berikut ini dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat
pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda.
Mengenai profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden
Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar
Dewantara. Beliau lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, hari
kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan, ia
merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III.
Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para
kaum bangsawan.
Ia pertama kali bersekolah di ELS yaitu Sekolah Dasar
untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia
kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk
pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda,
yang kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun
bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita
sakit ketika itu.
Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau
tulis-menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa
surat kabar pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres,
Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki
Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial.
Seperti yang ia tuliskan berikut ini dalam surat kabar De Expres pimpinan
Douwes Dekker :
..Sekiranya aku seorang
Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang
telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu,
bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander
memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan
perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula
kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang
Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku
ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang
tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.
Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia
Belanda kala itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian
ia diasingkan ke pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri.
Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu
Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai
'Tiga Serangkai'. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah
Kolonial.
Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik
kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi
Utomo ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi
tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk
mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.
Di pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hadjar Dewantara mulai
bercita-bercita untuk memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. ia
berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang dikenal dengan nama Europeesche
Akte atau Ijazah pendidikan yang bergengsi di belanda. Ijazah inilah yang
membantu beliau untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat
di Indonesia. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem
pendidikannya sendiri. Pada tahun 1913, Ki Hadjar
Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita keturunan bangsawan yang
bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman, Yogyakarta.
Dari pernikahannya dengan R.A Sutartinah, Ki Hadjar Dewantara kemudian
dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram.
Selama di pengasingannya, istrinya selalu mendampingi dan membantu segala
kegiatan suaminya terutama dalam hal pendidikan.
Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung
sebagai guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar
yang ia terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah
konsep baru mengenai metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri
pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut bernama Nationaal Onderwijs
Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi
ketika itu. Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar
Dewantara kemudian diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran
Indonesia yang kini dikenal dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya,
ia kemudian dianugerahi Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada.
Selain itu, ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan
juga sebagai Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas
jasa-jasanya dalam merintis pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah
juga menetapkan tanggal kelahiran beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap
tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal
26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Wajah beliau
diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar 20.000 rupiah.
Sumber :
Lampiran 4
Instrumen Penilaian
Pertemuan Kedua
Kisi-kisi Penilaian
IPK
|
Materi
Pembelajaran
|
Indikator
Soal
|
Teknik
Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
Nomor
Soal
|
Menilai hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
|
Hal-hal yang patut diteladani dari tokoh
dalam biografi
|
Disediakan teks biografi, peserta didik dapat memberikan
komentar tertulis terhadap hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks
tersebut.
|
Tes tertulis
|
Uraian
|
3
|
Soal
Bacalah teks biografi berikut dengan cermat!
Biografi Ki
Hajar Dewantara
Tokoh berikut ini dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat
pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda.
Mengenai profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden
Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar
Dewantara. Beliau lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, hari
kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Beliau terlahir dari keluarga bangsawan, ia merupakan
anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir
sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum
bangsawan. Ia pertama kali bersekolah di ELS yaitu Sekolah Dasar untuk
anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian
melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan
dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda, yang kini
dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun bersekolah
di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit
ketika itu.
Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau
tulis-menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa
surat kabar pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres,
Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki
Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat antikolonial.
Seperti yang ia tuliskan berikut ini dalam surat kabar De Expres pimpinan
Douwes Dekker :
..Sekiranya aku seorang
Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang
telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan
saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan
sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja
sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan
saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang
terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan
bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada
kepentingan sedikit pun baginya.
Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia
Belanda kala itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian
ia diasingkan ke pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri.
Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu
Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai
'Tiga Serangkai'. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah
Kolonial.
Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik
kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung di dalamnya, Di Budi
Utomo ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi
tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk
mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.
Di pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hadjar Dewantara mulai
bercita-bercita untuk memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. ia berhasil
mendapatkan ijazah pendidikan yang dikenal dengan nama Europeesche Akte atau
Ijazah pendidikan yang bergengsi di Belanda. Ijazah inilah yang membantu beliau
untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat di Indonesia. Di
Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikannya
sendiri. Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara kemudian
mempersunting seorang wanita keturunan bangsawan yang bernama Raden Ajeng
Sutartinah yang merupakan putri paku alaman, Yogyakarta. Dari pernikahannya
dengan R.A Sutartinah, Ki Hadjar Dewantara kemudian dikaruniai dua orang anak
bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram. Selama di pengasingannya,
istrinya selalu mendampingi dan membantu segala kegiatan suaminya terutama
dalam hal pendidikan.
Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung
sebagai guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar
yang ia terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah
konsep baru mengenai metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri
pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut bernama Nationaal Onderwijs
Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi
ketika itu. Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar
Dewantara kemudian diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran
Indonesia yang kini dikenal dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya,
ia kemudian dianugerahi Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada.
Selain itu, ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan
juga sebagai Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas
jasa-jasanya dalam merintis pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah
juga menetapkan tanggal kelahiran beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap
tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal
26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Wajah beliau
diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar 20.000 rupiah.
Sumber :
1.
Berikan penilaianmu terhadap hal-hal
yang dapat diteladani dari tokoh Ki Hajar Dewantara!
Kunci
Hal yang dapat
diteladani
|
Penilaian
|
Berjuang demi
negara melalui bidang tulis menulis.
|
Contoh:
Kita sebagai
generasi muda patut ikut meneladani sikap Ki Hajar Dewantara yaitu berjuang
demi bangsa melalui bidang kita. Ki Hajar menggemari dunia tulis menulis,
kita hendaknya mengembangkan kemampuan kita dalam hal apapun yang bernilai
positif karena termasuk dalam kategori perjuangan di era modern.
|
Memiliki
cita-cita yang tinggi untuk memajukan kaum pribumi.
|
Contoh:
Sikap untuk
memajukan bangsa dan negara sangat patut kita contoh. Generasi muda merupakan
penerus generasi yang akan memajukan bangsa. Sikap Ki Hajar Dewantara ini
dapat menjadi panutan bagi kita bahwa siapapun kita harus memajukan bangsa
ini.
|
Menciptakan
inovasi yaitu sebuah konsep baru mengenai metode pengajaran.
|
Contoh:
Inovasi dan
kreasi baru harus menjadi bagian dari jiwa generasi muda. Melalui inovasi
sesuai dengan bidang kemampuan kita merupakan wujud pembaharuan-pembaharuan
yang diciptakan oleh generasi muda sebagai wujud cinta tanah air. Generasi
muda harus mampu mengembangkan diri dan mengharumkan nama bangsa.
|
Sangat rendah
hati sampai mengubah nama agar dekat dengan kaum pribumi.
|
Contoh :
Sikap rendah
hati harus menjadi bagian dari diri kita. Ki Hajar Dewantara dari seorang
bangsawan dan mengubah nama hanya untuk lebih mendekatkan diri dengan kaum
pribumi sangat patut kita tiru. Kita tidak boleh membeda-bedakan teman dari
status sosial atau srata sosial apapun. Kita semua sama di hadapan Tuhan,
maka sikap rendah hati ini wajib kita miliki.
|
Penskoran
Rubrik penilaian
menilai hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi.
No.
|
Aspek Penialaian
|
Skor
|
1.
|
Isi penilaian hal-hal yang dapat diteladani
|
Maksimal 20
|
|
a.
Isi penilaian hal-hal
yang dapat diteladani lengkap
|
16 – 20
|
|
b.
Isi penilaian hal-hal
yang dapat diteladani kurang lengkap
|
10 – 15
|
|
c.
Isi penilaian hal-hal
yang dapat diteladani tidak ada
|
0 – 9
|
|
|
|
2.
|
Keruntutan pengungkapan gagasan.
|
Maksimal 20
|
|
a.
Pengungkapan
gagasan runtut
|
16 – 20
|
|
b.
Pengungkapan
gagasan kurang runtut
|
10 – 15
|
|
c.
Pengungkapan
gagasan tidak runtut
|
0 – 9
|
|
|
|
3.
|
Ketepatan penggunaan kaidah kebahasaan
|
Maksimal 20
|
|
a.
Tepat
penggunaan kaidah bahasa
|
16 – 20
|
|
b.
Kurang tepat
penggunaan kaidah bahasa
|
10 – 15
|
|
c.
Tidak tepat
penggunaan kaidah bahasa
|
0 – 9
|
|
|
|
|
Jumlah
|
60
|
Program Remedial dan Pengayaan
Remedial
No.
|
Nama
Siswa
|
IPK
|
Tindak lanjut
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengayaan
No.
|
Nama
Siswa
|
IPK
|
Tindak lanjut
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penilaian Sikap
Jurnal
No.
|
Tanggal
|
Nama Siswa
|
Kejadian/masalah
|
Tindak lanjut
|
1.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar