Selasa, 18 Juli 2017

7b.RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah                       :  SMA Ya BAKII 1 Kesugihan
Mata pelajaran              :  Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            :  X / 2
Alokasi Waktu            :  2 x pertemuan

A.       Kompetensi Inti (KI)
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B.       Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar
Indikator
3.14 Menilai hal yang dapat diteladani dari teks biografi.

·          Mengidentifikasi peristiwa (antara lain: perjalanan pendidikan, karier, perjuangan) dalam biografi tokoh.
·          Memilih hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
·          Menilai hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
4.14Mengungkapkan kembali hal-hal yang dapat diteladani  dari tokoh yang terdapat dalam teks biografi  yang dibaca secara tertulis.
·          Menyampaikan kembali hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh yang terdapat dalam teks biografi
·          Memberikan komentar secara tertulis terhadap tokoh yang dapat diteladani dalam teks biografi.

C.       Materi Pembelajaran 
1)      Pola penyajian cerita ulang (biografi).
2)      Hal-hal yang patut diteladani dari tokoh dalam biografi.

D.       Kegiatan Pembelajaran
1.    Pertemuan Pertama: (2 JP)
Model              : Discovery Learning
Metode            : Diskusi
Indikator :
(1)   Mengidentifikasi peristiwa (antara lain: perjalanan pendidikan, karier, perjuangan) dalam biografi tokoh.
(2)   Memilih hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
Tahap Pembelajaran
Deskripsi
Waktu
Pendahuluan
1.         Peserta didik menjawab salam dari guru dan berdoa bersama.
2.         Peserta didik menyaksikan cuplikan film Sang Pencerah yang sudah disiapkan guru.
3.         Peserta didik merespons pertanyaan guru tentang tokoh Ahmad Dahlan dalam film tersebut.
4.         Peserta didik menerima informasi tentang tujuan pembelajaran dan maanfaatnya.
5.         Peserta didik menerima informasi tentang cakupan materi dan penilaiannya.

10 menit
Inti
1.          Peserta didik  mendapatkan informasi dari guru tentang kerja kelompok.
2.         Peserta didik berkelompok.
3.         Peserta didik membaca teks biografi.
4.         Peserta didik mendiskusikan dalam kelompok tentang struktur teks biografi dan isi teks biografi (antara lain: perjalanan pendidikan, karier, perjuangan tokoh).
5.         Peserta didik menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi.
6.         Peserta didik menuliskan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh.
7.         Peserta didik (tiap kelompok) mempresentasikan hasil pengamatan tentang struktur teks, isi teks, dan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi dengan menggunakan power poin.
8.         Peserta didik menanggapi presentasi yang dilakukan oleh kelompok lain.
9.         Peserta didik dipandu guru menyimpulkan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh
10.     Peserta didik mendapat penguatan dari guru tentang hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh.

70 menit
Penutup
1.         Peserta didik mendapatkan informasi tugas rumah (individu)  yaitu membaca teks biografi tokoh dan mengidentifikasi struktur teks, isi, dan hal-hal yang dapat diteladani tokoh.
2.         Peserta didik mendapatkan motivasi dari guru dan menjawab salam penutup.

10 menit

2.    Pertemuan Kedua: ( 2 JP)
Model              : Discovery Learning
Metode            : Diskusi
Indikator:
(3)   Menilai hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
Tahap Pembelajaran
Deskripsi
Waktu
Pendahuluan
1.         Peserta didik menjawab salam dari guru dan berdoa bersama.
2.         Peserta didik merespons pertanyaan guru yang berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya.
3.         Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.         Peserta didik menerima informasi tentang tujuan pembelajaran dan manfaatnya.
5.         Peserta didik menerima informasi tentang cakupan materi dan penilaiannya.

10 menit
Inti
1.         Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan tugas rumah dari pertemuan sebelumnya tentang membaca teks biografi tokoh dan mengidentifikasi struktur teks, isi, dan hal-hal yang dapat diteladani tokoh.
2.         Peserta didik mendiskusikan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi.
3.         Peserta didik menilai hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi.
4.         Peserta didik menyampaikan penilaian yang telah ditulis.
5.         Peserta didik yang lain memberikan tanggapan terhadap penilaian yang disampaikan.
6.         Peserta didik dipandu guru menyimpulkan penilaian terhadap hal-hal yang dapat diteladani tokoh.
7.         Peserta didik mendapatkan penguatan dari guru tentang meneladani tokoh

70 menit
Penutup
1.         Peserta didik mendapatkan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.
2.         Peserta didik mendapatkan motivasi dari guru dan menjawab salam penutup.

10 menit

E.       Teknik penilaian
Jenis Penilaian     :  Tes Tertulis
                               Penugasan

Bentuk Penilaian :  Uraian
                               Penugasan

Instrumen Penilaian : Kisi-kisi, soal, kunci, dan penskoran terdapat pada lampiran


F.        Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1.         Media/Alat     : Power Point, LCD, laptop, speaker, teks, film/ video biografi tokoh, HP android, internet

2.         Bahan             : Teks biografi

3.         Sumber           :  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Buku Siswa. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.

Lampiran-lampiran:
1.      Materi Pembelajaran Pertemuan 1
2.      Instrumen Penilaian Pertemuan 1
3.      Materi Pembelajaran Pertemuan 2
4.      Instrumen Penilaian Pertemuan 2

Mengetahui
Kepala SMA Ya BAKII 1 Kesugihan




Moh.Khasbulloh Maulana                              
NIP -

Kroya, 1 Juni  2016
Guru Pengampu




SUKRINIAM
NIP -
Lampiran 1
Materi Pembelajaran Pertemuan 1

Pengertian Biografi
Biografi adalah sebuah tulisan yang membahas mengenai kehidupan seseorang. Secara sederhana, pengertian biografi adalah sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi juga dapat diartikan sebagai suatu kisah atau keterangan perjalanan kehidupan seseorang bersumber dari kisah nyata. Istilah biografi berasal dari bahasa Yunani dari kata bios dan graphien. Arti kata bios adalah hidup dan graphien berarti tulis. Biografi dapat terdiri atas beberapa baris atau lebih daru satu buku.
Dari biografi dapat ditemukan kejadian-kejadian hidup seseorang atau misteri hidup seseorang dengan penjelasan berupa tindakan atau perilaku dalam hidupnya. Biografi dapat menceritakan kehidupan tokoh penting/terkenal dan tidak terkenal, namun biasanya Biografi bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah baik yang hidup maupun yang telah tiada. Sekarang ini biografi banyak ditulis secara kronologis. 

Struktur Biografi
Struktur biografi sebagai berikut.
1.        Orientasi
Orientasi merupakan bagian yang menjelaskan pengenalan tokoh yang berisi gambaran awal tokoh yang diceritakan dalam biografi tersebut.
2.        Peristiwa dan Masalah
Bagian peristiwa atau kejadian yang berisi sebuah peristiwa atau kejadian pernah dialami, termasuk didalamnya berisi tentang masalah yang pernah dihadapinya dalam tujuan serta cita-citanya. Hal-hal yang menarik, mengagumkan, mengesankan, dan mengharukan pernah dialami tokoh diuraikan dalam bagian ini.
3.        Reorientasi
Reorientasi adalah bagian penutup yang berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang bersifat opsional artinya dapat ada atau tidak.

Sumber:
























Biografi Jenderal Sudirman

Dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman menurut Ejaan Soewandi dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal.Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini. Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi. Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.


Sumber:


























Lampiran 2
Instrumen Penilaian Pertemuan Pertama

Kisi-kisi Penilaian

IPK
Materi Pembelajaran
Indikator Soal
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Nomor Soal
Mengidentifikasi peristiwa (antara lain: perjalanan pendidikan, karier, perjuangan) dalam biografi tokoh.
Pola penyajian cerita ulang (biografi).
Disediakan teks biografi, peserta didik dapat mengidentifikasi struktur teks tersebut.
Tes tertulis
Uraian
1
Memilih hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
Hal-hal yang patut diteladani dari tokoh dalam biografi.
Disediakan teks biografi, peserta didik dapat mengidentifikasi hal-hal yang patut diteladani.
Tes tertulis
Uraian
2

Soal
Bacalah teks biografi berikut dengan cermat!
Biografi Jenderal Sudirman

Dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman menurut Ejaan Soewandi dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal.Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini. Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi. Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Sumber:

1.      Identifikasikanlah struktur teks biografi Jenderal Sudirman!
2.      Tulislah hal-hal yang patut diteladani dari tokoh Jenderal Sudirman!

Kunci
1.        Struktur teks biografi Jenderal Sudirman
Bagian Struktur
Kutipan Teks
Orientasi
Dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman menurut Ejaan Soewandi dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Peristiwa dan Masalah
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Reorientasi
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.


2.        Hal-hal yang patut diteladani dari tokoh Jenderal Sudirman.
a.       Jenderal Sudirman memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang tinggi.
b.      Jenderal Sudirman pantang menyerah dalam berjuang.
c.       Jenderal Sudirman memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam mengemban tugas.
d.      Jenderal Sudirman memiliki sikap yang tegas.
e.       Jenderal Sudirman memiliki jiwa sosial yang tinggi.








Penskoran

Rubrik Penilaian Identifikasi Struktur Teks Biografi
No.
Aspek Penialaian
Skor
1.
Isi struktur teks biografi
Maksimal 10

a.    Isi struktur teks biografi lengkap
8 – 10

b.    Isi struktur teks biografi kurang lengkap
4 – 7

c.    Isi struktur teks biografi tidak ada
0 – 3



2.
Kelengkapan struktur teks biografi
Maksimal 10

a.    Struktur lengkap
8 – 10

b.    Struktur kurang lengkap
4 – 7

c.    Struktur tidak ada
0 – 3







Skor Total
20


Rubrik Penilaian Hal-hal yang Patut Diteladani Teks Biografi
No.
Aspek Penialaian
Skor
.1.
Menemukan hal yang diteladani 5
20
2.
Menemukan hal yang diteladani 4
19
3.
Menemukan hal yang diteladani 3
18
4.
Menemukan hal yang diteladani 2
17
5.
Menemukan hal yang diteladani 1
16


Program Remedial dan Pengayaan
Remedial
No.
Nama Siswa
IPK
Tindak lanjut
Pelaksanaan


























Pengayaan
No.
Nama Siswa
IPK
Tindak lanjut
Pelaksanaan


























Penilaian Sikap
Jurnal
No.
Tanggal
Nama Siswa
Kejadian/masalah
Tindak lanjut
1.









Lampiran 3
Materi Pertemuan Kedua

Biografi Ki Hajar Dewantara

Tokoh berikut ini dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Beliau lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan.
Ia pertama kali bersekolah di ELS yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda, yang kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika itu.
Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial. Seperti yang ia tuliskan berikut ini dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker :
..Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.
Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia diasingkan ke pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri. Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai 'Tiga Serangkai'. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.
Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.
Di pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hadjar Dewantara mulai bercita-bercita untuk memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. ia berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang dikenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan yang bergengsi di belanda. Ijazah inilah yang membantu beliau untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat di Indonesia. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri. Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita keturunan bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman, Yogyakarta. Dari pernikahannya dengan R.A Sutartinah, Ki Hadjar Dewantara kemudian dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram. Selama di pengasingannya, istrinya selalu mendampingi dan membantu segala kegiatan suaminya terutama dalam hal pendidikan.
Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung sebagai guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru mengenai metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu. Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara kemudian diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya, ia kemudian dianugerahi Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada.
Selain itu, ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar 20.000 rupiah.

Sumber :



































Lampiran 4
Instrumen Penilaian Pertemuan Kedua

Kisi-kisi Penilaian

IPK
Materi Pembelajaran
Indikator Soal
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Nomor Soal
Menilai hal yang dapat diteladani dari teks biografi.
Hal-hal yang patut diteladani dari tokoh dalam biografi
Disediakan teks biografi, peserta didik dapat memberikan komentar tertulis terhadap hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks tersebut.
Tes tertulis
Uraian
3

Soal
Bacalah teks biografi berikut dengan cermat!

Biografi Ki Hajar Dewantara

Tokoh berikut ini dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Beliau lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau terlahir dari keluarga bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan. Ia pertama kali bersekolah di ELS yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda, yang kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika itu.
Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat antikolonial. Seperti yang ia tuliskan berikut ini dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker :
..Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.
Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia diasingkan ke pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri. Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai 'Tiga Serangkai'. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.
Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung di dalamnya, Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.
Di pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hadjar Dewantara mulai bercita-bercita untuk memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. ia berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang dikenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan yang bergengsi di Belanda. Ijazah inilah yang membantu beliau untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat di Indonesia. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri. Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita keturunan bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman, Yogyakarta. Dari pernikahannya dengan R.A Sutartinah, Ki Hadjar Dewantara kemudian dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram. Selama di pengasingannya, istrinya selalu mendampingi dan membantu segala kegiatan suaminya terutama dalam hal pendidikan.
Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung sebagai guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru mengenai metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu. Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara kemudian diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya, ia kemudian dianugerahi Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada.
Selain itu, ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar 20.000 rupiah.

Sumber :

1.        Berikan penilaianmu terhadap hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh Ki Hajar Dewantara!
















Kunci

Hal yang dapat diteladani
Penilaian
Berjuang demi negara melalui bidang tulis menulis.
Contoh:
Kita sebagai generasi muda patut ikut meneladani sikap Ki Hajar Dewantara yaitu berjuang demi bangsa melalui bidang kita. Ki Hajar menggemari dunia tulis menulis, kita hendaknya mengembangkan kemampuan kita dalam hal apapun yang bernilai positif karena termasuk dalam kategori perjuangan di era modern.
Memiliki cita-cita yang tinggi untuk memajukan kaum pribumi.
Contoh:
Sikap untuk memajukan bangsa dan negara sangat patut kita contoh. Generasi muda merupakan penerus generasi yang akan memajukan bangsa. Sikap Ki Hajar Dewantara ini dapat menjadi panutan bagi kita bahwa siapapun kita harus memajukan bangsa ini.
Menciptakan inovasi yaitu sebuah konsep baru mengenai metode pengajaran.
Contoh:
Inovasi dan kreasi baru harus menjadi bagian dari jiwa generasi muda. Melalui inovasi sesuai dengan bidang kemampuan kita merupakan wujud pembaharuan-pembaharuan yang diciptakan oleh generasi muda sebagai wujud cinta tanah air. Generasi muda harus mampu mengembangkan diri dan mengharumkan nama bangsa.
Sangat rendah hati sampai mengubah nama agar dekat dengan kaum pribumi.
Contoh :
Sikap rendah hati harus menjadi bagian dari diri kita. Ki Hajar Dewantara dari seorang bangsawan dan mengubah nama hanya untuk lebih mendekatkan diri dengan kaum pribumi sangat patut kita tiru. Kita tidak boleh membeda-bedakan teman dari status sosial atau srata sosial apapun. Kita semua sama di hadapan Tuhan, maka sikap rendah hati ini wajib kita miliki.

















Penskoran

Rubrik penilaian menilai hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dalam teks biografi.
No.
Aspek Penialaian
Skor
1.
Isi penilaian hal-hal yang dapat diteladani
Maksimal 20

a.     Isi penilaian hal-hal yang dapat diteladani lengkap
16 – 20

b.     Isi penilaian hal-hal yang dapat diteladani kurang lengkap
10 – 15

c.     Isi penilaian hal-hal yang dapat diteladani tidak ada
0 – 9



2.
Keruntutan pengungkapan gagasan.
Maksimal 20

a.     Pengungkapan gagasan runtut
16 – 20

b.     Pengungkapan gagasan kurang runtut
10 – 15

c.     Pengungkapan gagasan tidak runtut
0 – 9



3.
Ketepatan penggunaan kaidah kebahasaan
Maksimal 20

a.     Tepat penggunaan kaidah bahasa
16 – 20

b.     Kurang tepat penggunaan kaidah bahasa
10 – 15

c.     Tidak tepat penggunaan kaidah bahasa
0 – 9




Jumlah
60


Program Remedial dan Pengayaan
Remedial
No.
Nama Siswa
IPK
Tindak lanjut
Pelaksanaan


























Pengayaan
No.
Nama Siswa
IPK
Tindak lanjut
Pelaksanaan


























Penilaian Sikap
Jurnal
No.
Tanggal
Nama Siswa
Kejadian/masalah
Tindak lanjut
1.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR PENGURUS OSIS SMA YA BAKII KESUGIHAN CILACAP

  SUSUNAN KEPENGURUSAN OSIS SMA YA BAKII 1 KESUGIHAN PERIODE 2023-2024     A.     Kepala Sekolah                                 ...