ANEKDOT
1.
STRUKTUR ISI TEKS
ANEKDOT
a. Tujuan
: Memahami struktur dan kaidah teks
anekdot baik melalui lisan maupun tulisan
Anekdot adalah cerita singkat yang
menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot biasanya berkisar pada orang-orang
penting dan berdasarkan kejadian nyata (KUBI). Anekdot dapat berupa cerita
rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat.
Partisipan atau pelaku di dalam cerita anekdot pun tidak harus orang penting . Peristiwa-peristiwa
dalam teks anekdot dapat berupa peristiwa lucu atau humor, jengkel, dan konyol.
Teks anekdot ditulis dengan tujuan
untuk memberikan kritik dan memberikan sebuah pelajaran bagi masyarakat,
khususnya pelayan publik di bidang hukum, sosial, politik, dan lingkungan. Teks
anekdot biasanya membahas permasalahan yang berkaitan dengan layanan publik.
Tidak semua cerita yang memiliki
unsur lucu, jengkel, atau konyol tergolong ke dalam teks anekdot. Yang
membedakan teks anekdot dengan teks yang lain yaitu teks anekdot memiliki pesan
moral, memiliki unsur lucu atau konyol, dan memiliki struktur:abstraksi,orientasi,krisis,
reaksi, dan koda.
b.
Poin
Penting dalam Anekdot
1.
Abstraksi
berupa cerita pembuka yang akan
menggambarkan awal cerita.
2.
Orientasi
yaitu peninjauan yang menggambarkan situasi awal cerita. Orientasi akan
membangun konteks pembaca terhadap suatu cerita.
3.
Krisis
yaitu bagian cerita yang menggambarkan keadaan yang genting atau terjadinya
konflik yang dialami oleh tokoh.
4.
Reaksi
yaitu tanggapan tokoh terhadap konflik yang muncul.
5.
Koda
yaitu penutup cerita atau keadaan akhir cerita.
Teks anekdot tidak harus memenuhi lima aspek di
atas. Aspek yang harus ada dalam teks anekdot adalah orientasi, krisis,
dan reaksi.
c. Perhatikan! Contoh soal
Analisislah struktur teks di bawah ini!
Analisislah struktur teks di bawah ini!
Hari ini pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Suasana kelas tidak kondusif. Padahal, Bapak guru dengan
semangat menjelaskan materi yang sudah dituangkan dalam power point. “Sekarang
kita masuk bab baru yaitu UUD 45”, kata pak guru. “Ali, perhatikan dengan
sungguh-sungguh, jangan ngobrol dengan teman!”. “Ya, Pak,” jawab Ali dengan
muka masam. “Undang-undang Dasar 1945 atau yang sering kita singkat menjadi UUD
45 sudah beberapa kali mengalami perubahan disesuaikan dengan kondisi
masyarakat Indonesia. Semua peraturan yang ada di Indonesia diatur dalam UUD
1945.” Pak guru menjelaskan beberapa perubahan yang terjadi dalam UUD 45.
Tiba-tiba Ali berkomentar, “Pak,
setahu saya UUD belum pernah mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang,
tapi kalau semua peraturan itu diatur dalam UUD, saya setuju, Pak!” Pak guru
terhenyak, “Apa Ali?”. “Semua peraturan itu kan ujung-ujungnya duit atau UUD,
Pak!” Sontak, semua siswa tertawa dan Pak guru pun ikut tertawa. Suasana kelas
pun menjadi ramai.
d. Analisis struktur teks
anekdot di atas adalah
v Abstraksi: Pembuka cerita ( paragraf ke-1
kalimat ke-1)
v Orientasi:
situasi awal cerita (paragraf ke-1 kalimat ke-2)
v Krisis:
bagian konflik cerita (paragraf ke-4)
v Reaksi:
tanggapan tokoh terhadap konflik (paragraf ke-5 kalimat ke-1)
v Koda:
penutup cerita (paragraf ke-5 kalimat ke-2)
e.
Soal
: …...
2.
CIRI-CIRI BAHASA
TEKS ANEKDOT
a.
Tujuan : Siswa
mengetahui ciri-ciri bahasa teks anekdot agar lebih paham mengenai struktur dan
kaidah teks anekdot.
Teks anekdot dimanfaatkan
masyarakat sebagai media untuk menyindir layanan publik di bidang politik,
sosial, dan lingkungan. Sindiran atau kritikan yang dikemas dengan cerita yang
lucu dan menggelitik membuat orang mudah menerima kritikan sambil tertawa.
Untuk memperoleh sindiran yang halus, bahasa teks anekdot menggunakan kata kias
atau konotasi, pengandaian, perbandingan, antonim, pertanyaan retoris,
ungkapan, dan konjungsi. Bahasa
yang digunakan dalam teks anekdot sebagai berikut.
b.
Cirri
bahasa teks anekdot
1. Kata kias atau konotasi adalah kata yang tidak
memiliki makna sebenarnya. Kata kias bisa berupa ungkapan dan peribahasa.
Ungkapan adalah kelompok kata yang khusus digunakan untuk menyatakan sesuatu
sedangkan peribahasa adalah kalimat yang memiliki makna kias. Contoh : daun muda yang bermakna gadis (ungkapan)
2. Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan
pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.Contoh :
Ø Peristiwa
yang terjadi di Indonesia diandaikan jika terjadi di negeri orang (sindiran
dengan pengandaian)
Ø Badannya
semakin lama semakin kurus seperti es lilin (perbandingan)
Ø Orang
pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim)
3. Pertanyaan
retoris
Pertanyaan
retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Contoh Apakah kamu mau
meninggal hari ini?
4. Kalimat
yang menyatakan ajaran moral/pesan kebaikan
5. Konjungsi
, Konjungsi adalah kata hubung. Kata hubung yang sering digunakan dalam teks
anekdot adalah kata hubung waktu (konjungsi temporal) yaitu, setelah, lalu,
kemudian dan sebab-akibat yaitu, maka, karena, oleh sebab itu. Kalimat
pengandaian digunakan penulis untuk berandai-andai.
Perhatikan!
Jelaskan ciri bahasa yang digunakan dalam teks
anekdot berikut ini! Sebagai tradisi jika ada orang yang meninggal dalam satu
kampong seberang, maka warga harus datang melayat. Sore itu, Dasron meninggal.
Semua warga terlihat dalam prosesi pemakaman Dasron, hanya Imron yang tak
terlihat. Dia sibuk bekerja di sawah.
Suatu hari Amrun bertemu dengan Imron. Amrun menanyakan perihal ketidakhadirannya. “Kenapa kemarin kau tidak datang melayat?” seru Amrun. “Kalau saya datang pada acara prosesi pemakaan Dasron, Dasron juga tidak akan datang ke prosesi pemakaman kita ketika kita meninggal. Jadi, saya tidak usah datang!” Jawab Imron. “Apa kau tidak percaya, Amrun? Buktikan saja sendiri!”
Suatu hari Amrun bertemu dengan Imron. Amrun menanyakan perihal ketidakhadirannya. “Kenapa kemarin kau tidak datang melayat?” seru Amrun. “Kalau saya datang pada acara prosesi pemakaan Dasron, Dasron juga tidak akan datang ke prosesi pemakaman kita ketika kita meninggal. Jadi, saya tidak usah datang!” Jawab Imron. “Apa kau tidak percaya, Amrun? Buktikan saja sendiri!”
Teks anekdot di atas menggunakan
pertanyaan retoris dan konjungsi sebab akibat. Pertanyaan retoris terdapat pada
kalimat Apa kau tidak percaya, Imron? Buktikan saja sendiri!. Tak ada orang
yang ingin membuktikan suatu hal yang ghaib dengan cara meninggal dulu. Konjungsi
yang digunakan adalah konjungsi sebab-akibat: maka, jadi
Jelaskan ciri bahasa yang digunakan
dalam teks anekdot berikut ini!
Padi di sawah terlihat menguning
seperti hamparan permadani. Hasil padi tahun ini melimpah sehingga bisa untuk
memenuhi kebutuhan para petani. Setelah panen raya, para petani bersyukur
kepada Tuhan dengan menggelar acara Bersih Desa.
Pak Dukuh memberikan sambutan dalam acara tersebut. “Wargaku, hari ini kita berkumpul untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Semoga hasil panen kita setiap tahun terus meningkat. Tidak terserang hama wereng dan tikus-tikus tidak menjarah padi kita. Sawah kita juga tidak diambil oleh tikus berdasi dijadikan perumahan rakyat.”
Pak Dukuh memberikan sambutan dalam acara tersebut. “Wargaku, hari ini kita berkumpul untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Semoga hasil panen kita setiap tahun terus meningkat. Tidak terserang hama wereng dan tikus-tikus tidak menjarah padi kita. Sawah kita juga tidak diambil oleh tikus berdasi dijadikan perumahan rakyat.”
Bahasa yang digunakan dalam teks
anekdot di atas yang paling menonjol adalah penggunaan ungkapan “tikus berdasi”
yaitu sebutan orang pemerintah yang tidak bertanggung jawab.
Poin
Penting
Bahasa teks anekdot menggunakan kata kias atau
konotasi, pengandaian, perbandingan, antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan
konjungsi.
3.
INTERPRETASI ISI
TEKS ANEKDOT
a. Tujuan
: Siswa
Siswa mampu menginterpretasi makna teks anekdot.
Interpretasi menurut KUBI adalah tafsiran.
Tafsiran yang mendalam diperlukan Untuk bisa memahami dan memaknai pelajaran
atau menangkap kandungan hikmah di dalam cerita teks anekdot.
b. Tahap-tahap pemaknaan
teks sebagai berikut.
1. Membaca
secara keseluruhan teks anekdot.
2. Memahami
tema, alur, tokoh, dan latar cerita.
3. Tema
adalah pokok cerita atau dasar pemikiran.
4. Alur
adalah rangkaian peristiwa.
5. Tokoh
adalah partisipan yang terlibat.
6. Latar
adalah tempat terjadinya peristiwa. Latar ada tiga macam yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar budaya
7. Menangkap
unsur lucu/konyol/jengkel.
8. Menangkap kalimat sindiran/amanat.
Perhatikan!
Bacalah teks anekdot dibawah ini!
Di sebuah desa, hiduplah seorang
janda dengan anaknya. Hari ini tidak ada kepulan asap di dapur. Hasan sangat
lapar. Ia pun pergi dari rumah, siapa tahu ada orang yang berbelas kasihan
terhadapnya dengan memberi makan kapadnya.Namun, tak seorang pun yang belas
kasih kepadanya. Akhirnya, Hasan punya akal panjang yaitu mencuri buah durian
milik tetangga yang kikir itu. Dia pulang ke rumah membawa sebuah durian.
Ibu-nya pun senang melihat
kedatangan anaknya yang membawa makanan. Ibunya pun memuji tindakan Hasan. “Lain
kali lebih banyak, ya, Nak! Tidak hanya satu!“ kata ibunya dengan polos. Hari ini cuaca lebih cerah. Hasan pun
pergi ke kebun. Diambilnya dua buah durian. Tapi naas bagi Hasan, warga sudah
menghadangnya. Hasan di hakimi oleh massa. “Ini bukan keinginan saya, tapi
keinginan ibuku.” Hasan menjerit kesakitan. Ibunya hanya diam. “Bagaimana
warga, apakah kita lanjutkan hukuman ini!” kata kepala kampong “Lanjut, hajar
dia, sampai dia kapok!” seru warga Ibunya hanya bisa melihat anak yang malang
itu dihakimi massa. Setelah warga puas melampiaskan amarah dan meninggalkannya,
ibunya datang memeluknya. Tapi Hasan malah memukul ibunya. Ibunya jatuh
tersungkur di tanah. “Kenapa ibu dulu tidak memarahiku ketika aku mencuri
pertamakali. Sekarang jadi seperti ini. Ya Allah, hukumlah Ibu yang tidak
menyayangi anaknya!” rintih Hasan.
c.
Mari Interpretasi!
Setelah kita membaca dengan cermat,
teks anekdot di atas memiliki tema main hakim, berlatar di desa dengan latar sosial
kehidupan si miskin dan si kaya. Cerita tersebut diperankan oleh Hasan dan
ibunya (orang miskin), orang kaya, dan warga. Penyebab konflik cerita di atas
adalah kelaparan karena tidak punya makanan yang bisa dimakan.
Dari uraian di atas bisa diambil makna bahwa teks
anekdot tersebut memiliki beberapa makna sebagai berikut.
1. Orang
kaya yang tidak peduli terhadap orang miskin.
2. Ibu yang tidak menasehati anaknya ketika anaknya melakukan kesalahan.
3. Warga yang main hakim sendiri.
2. Ibu yang tidak menasehati anaknya ketika anaknya melakukan kesalahan.
3. Warga yang main hakim sendiri.
4. MAKNA KATA, ISTILAH DAN UNGKAPAN TEKS ANEKDOT
a. Tujuan
Siswa
dapat menginterpretasi makna teks anekdot.
Sebelumnya, kalian sudah mengetahui
bagaimana menginterpretasi teks anekdot. Dalam interpretasi, kita harus
menyimak teks dengan saksama. Kita harus mengerti makna dari setiap kalimat dan
hubungan di antara kalimat yang membangunnya. Interpretasi yang utuh dihasilkan
dari pemaknaan yang utuh terhadap teks. Selanjutnya, sebagai pendalaman dari
interpretasi, kita akan belajar tentang makna kata, istilah, dan ungkapan. Ketiga
hal tersebut penting untuk diketahui dalam pemaknaan teks anekdot.
b.
Makna
kata
Makna kata terdiri
dari makna denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi dapat kita temukan dalam kamus bahasa. Namun, makna konotasi tidak dapat ditemukan dalam kamus
bahasa. Makna konotasi adalah makna
yang berdasarkan pada latar belakang emosi tertentu. Perhatikan
perbedaannya!
1. Pak
Kamil memelihara 5 kambing hitam.
2. Dia
merasa sudah dijadikan kambing hitam dalam peristiwa kebakaran semalam. Kata kambing hitam pada kalimat pertama bermakna denotasi
yang artinya kambing yang berwarna hitam. Kata kambing hitam dalam kalimat
kedua bermakna konotasi yaitu dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan.
Istilah
Istilah dalam bahasa Indonesia adalah kata
yang merujuk pada konsep yang khas dari bidang tertentu. Contoh istilah: benalu
artinya tanaman yang menempel pada tanaman lain dan mengambil makanan dari tanaman
yang dijadikan inangnya. suku cadang artinya komponen kendaraan yang
dicadangkan untuk perbaikan kerusakan.
Ungkapan
, Ungkapan adalah gabungan kata yang
menghasilkan makna baru. Contoh
1. tangan besi artinya memerintah dengan keras
2.bertangan dingin artinya selalu berhasil dalam melakukan sesuatu
3.naik kuda hijau artinya dalam keadaan mabuk
1. tangan besi artinya memerintah dengan keras
2.bertangan dingin artinya selalu berhasil dalam melakukan sesuatu
3.naik kuda hijau artinya dalam keadaan mabuk
Setelah mengetahui tentang makna kata, istilah, dan
ungkapan. Perhatikanlah contoh anekdot berikut ini!
Ø Perhatikan!
Di
sebuah desa kecil. Banyak orang kehilangan ayam. Setiap malam mereka selalu
berjaga untuk menangkap pencuri ayam. Tapi suatu hari, ada warga yang melihat
tetangganya sedang mengurung ayam miliknya.
Pemilik ayam : Kau pencuri, ya?
Tetangga : Aku tidak mencuri ayammu. Ayammu yang datang kepadaku. Ayammu selalu buang kotoran di teras saya. Ayam siapa pun yang mengganggu kenyamananku, pasti akan saya kurung dan kujual.
Pemilik ayam: Padahal, saya sudah peringatkan kepada ayam-ayamku, jangan buang kotoran di teras tetangga kita. Bertelorlah di sana, pasti tetangga kita akan senang. Tapi ayam-ayamku tidak ada yang mau mendengar. Ternyata ayamku hilang ditangkap oleh serigala berbulu domba. Saya kira dicuri maling.
Pemilik ayam : Kau pencuri, ya?
Tetangga : Aku tidak mencuri ayammu. Ayammu yang datang kepadaku. Ayammu selalu buang kotoran di teras saya. Ayam siapa pun yang mengganggu kenyamananku, pasti akan saya kurung dan kujual.
Pemilik ayam: Padahal, saya sudah peringatkan kepada ayam-ayamku, jangan buang kotoran di teras tetangga kita. Bertelorlah di sana, pasti tetangga kita akan senang. Tapi ayam-ayamku tidak ada yang mau mendengar. Ternyata ayamku hilang ditangkap oleh serigala berbulu domba. Saya kira dicuri maling.
Ø Mari
kita ulas!
Dalam
teks di atas terdapat kelompok kata serigala berbulu domba. Kelompok kata itu
memiliki makna kelihatannya orang baik-baik tetapi memiliki perangai yang
buruk.
Makna kelompok kata sesuai dengan teks anekdot di atas adalah tetangga yang selama ini dikenalnya baik tetapi ternyata jahat. Tetangga itu menyembunyikan dan menjual setiap ayam yang masuk ke halamannya.
Makna kelompok kata sesuai dengan teks anekdot di atas adalah tetangga yang selama ini dikenalnya baik tetapi ternyata jahat. Tetangga itu menyembunyikan dan menjual setiap ayam yang masuk ke halamannya.
c.
Poin
penting
1.Kita
harus memaknai setiap kata, istilah, dan ungkapan secara utuh dalam konteks
kalimat sehingga jelas pengertian dan maksudnya.
2.Istilah dapat bermakna denotasi atau konotasi sesuai dengan konteks kalimatnya.
2.Istilah dapat bermakna denotasi atau konotasi sesuai dengan konteks kalimatnya.
5. PERBANDINGAN STRUKTUR ISI DAN CIRI BAHASA 2 TEKS ANEKDOT
a. Tujuan
: Siswa dapat membandingkan dua teks anekdot berdasarkan struktur dan ciri
bahasanya.
Untuk
membandingkan dua teks anekdot hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
1. bacalah teks dengan cermat
2. pahami makna kedua teks
3. bandingkan strukur dan kaidah kebahasaan kedua teks
1. bacalah teks dengan cermat
2. pahami makna kedua teks
3. bandingkan strukur dan kaidah kebahasaan kedua teks
b. Struktur teks anekdot
yang lengkap meliputi lima bagian yaitu
abstraksi,orientasi,krisis,reaksi, dan koda. Bagian yang harus ada dalam teks
anekdot adalah orientasi,krisis, dan reaksi.
1. Abstraksi berupa cerita pembuka yang akan menggambarkan awal cerita
2. Orientasi yaitu peninjauan yang menggambarkan situasi awal cerita.
3. Krisis yaitu bagian cerita yang menggambarkan keadaan yang genting atau terjadinya konflik
4. Reaksi yaitu tanggapan tokoh terhadap konflik yang muncul
5. Koda yaitu penutup cerita
1. Abstraksi berupa cerita pembuka yang akan menggambarkan awal cerita
2. Orientasi yaitu peninjauan yang menggambarkan situasi awal cerita.
3. Krisis yaitu bagian cerita yang menggambarkan keadaan yang genting atau terjadinya konflik
4. Reaksi yaitu tanggapan tokoh terhadap konflik yang muncul
5. Koda yaitu penutup cerita
c.
Bahasa
teks anekdot
1. Kata
kias atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki makna sebenarnya, bisa
berupa ungkapan, peribahasa, ataupun majas.
2. Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan
pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
3. Pertanyaan
retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
4. Kalimat
yang menyatakan ajaran moral/pesan kebaikan.
5. Konjungsi yang sering digunakan adalah
konjungsi temporal (penanda waktu) dan konjungsi sebab-akibat
Teks
anekdot dapat berupa puisi, drama, maupun monolog.
Ø Perhatikan!
Teks 1
1. Orang
miskin biasanya menganggap pergantian pemimpin hanya sekedar pergantian satu
majikan pada majikan lainnya.
2. Seorang tua tengah menggembalakan keledainya
di padang rumput saat tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan beberapa tentara
musuh.
3. “Cepat larinya,” teriak si tua itu pada si
keledai, “jangan sampai mereka menangkap kita.”
4. Tetapi
si keledai tetap kalem berjalan.
“Katakan,” ujar si keledai, “jika jatuh ke tangan musuh apa aku harus membawa beban dobel?”
“Katakan,” ujar si keledai, “jika jatuh ke tangan musuh apa aku harus membawa beban dobel?”
5. “Kukira tidak,” jawab si tua.
“Lalu apa peduliku dengan siapa yang akan kulayani? Toh bebanku sama saja.”
“Lalu apa peduliku dengan siapa yang akan kulayani? Toh bebanku sama saja.”
6. Si
tua pun berlari meninggalkan keledai.
Ø Teks
II
1. Para
sungai berdemo protes pada lautan.
2. Para sungai : Kenapa saat kami memasuki
lautan, kami masih segar dan enak diminum. Tetapi mengapa kau buat asin dan tak
dapat diminum setelah kami berada di dalammu?
3. Laut : Jangan datang jika kau tak mau jadi
asin!
Ø Mari
bandingkan!
Kedua teks tersebut dikatakan teks anekdot karena
keduanya memiliki unsur lucu/konyol/jengkel, serta memiliki pesan moral. Pesan
moral teks I adalah setiap pemimpin pasti memiliki sebuah kebijakan/peraturan
dan jangan menganggap nasib kita akan sama ketika pimpinan kita ganti.
Sedangkan teks II memiliki ajaran yaitu orang yang benar-benar melindungi kita
(laut) terkadang kita masih menyangkal dengan berbagai alasan yang logis.
Kedua teks
di atas memiliki bentuk teks yang berbeda. Teks pertama berbentuk narasi
(monolog) sedangkan teks kedua berbentuk drama (dialog).
Ø Struktur
teks I
Abstraksi : paragraf 1 (penggambaran cerita)
Orientasi : paragraf 2 (awal cerita)
Krisis : paragraf ke 3 (munculnya masalah)
Reaksi : paragraf 4 dan 5 (tanggapan tokoh si keledai)
Koda : paragra 5 (penutup cerita)
Abstraksi : paragraf 1 (penggambaran cerita)
Orientasi : paragraf 2 (awal cerita)
Krisis : paragraf ke 3 (munculnya masalah)
Reaksi : paragraf 4 dan 5 (tanggapan tokoh si keledai)
Koda : paragra 5 (penutup cerita)
Ø Struktur
teks II
Orientasi : paragraf 1
Krisis : Paragraf 2
Reaksi : paragraf 3
Orientasi : paragraf 1
Krisis : Paragraf 2
Reaksi : paragraf 3
Bahasa yang digunakan teks pertama
menggunakan kalimat pengandaian. Tokoh si keledai berandai-andai jika dia
tertangkap musuh bebannya tidak akan berubah. Sedangakan teks kedua menggunakan
sindiran lewat pengandaian yaitu jika sungai tak mau berubah rasa jangan
bermuara ke laut.
d.
Poin Penting
Berdasarkan strukturnya kita dapat membandingkan dua
teks anekdot dari abstraksi,orientasi,krisi,reaksi, atau koda.
Berdasarkan bahasa kita dapat membandingkan kedua
teks anekdot berdasarkan bahasa yang dipakainya dengan mengamati majas,
ungkapan, pesan, pengandaian atau kalimat retoris yang ada di dalamnya.
6. LANGKAH-LANGKAH
PENULISAN TEKS ANEKDOT SESUAI DENGAN STRUKTUR ISI DAN CIRI BAHASA ANEKDOT
a.
Tujuan : Siswa
mengetahui langkah-langkah menulis teks anekdot.
Sebelumnya, kalian sudah mengetahui
struktur dan karakteristik teks anekdot. Kali ini kita akan mempelajari
langkah-langkah menulis teks anekdot.
b.
Langkah-langkah
menulis teks anekdot sebagai berikut.
1.
Menentukan topic , Topik
adalah ide cerita atau gagasan cerita atau dasar cerita atau apa yang akan
diceritakan. Contoh: Orang miskin yang mencuri
2.
Mencari bahan referensi
Bahan yang diperoleh bisa berupa buku/majalah/koran/internet,
3.
observasi, dan
4.
imajinasi.
5.
Menentukan pesan yang
akan disampaikan atau sindiran yang akan disampaikan Pesan yang akan
disampaikan bisa tersirat (implisit) maupun tersurat (eksplisit).
Contoh: Katakanlah hal kebenaran
Perhatikan kehidupan orang miskin
Kesenangan sesaat akan menghancurkan masa depan
Contoh: Katakanlah hal kebenaran
Perhatikan kehidupan orang miskin
Kesenangan sesaat akan menghancurkan masa depan
6.
Menentukan unsur
lucu/konyol/jengkel
Contoh: Ibu yang memuji tindakan anak yang salah.
Contoh: Ibu yang memuji tindakan anak yang salah.
7.
Menentukan alur cerita
berdasarkan struktur teks anekdot
a.
abstraksi: Di sebuah
desa, tinggallah seorang ibu dan anaknya.
b.
orientasi : Keluarga
itu sangat miskin. Mereka kelaparan.
c.
krisis : Ibu memuji
tindakan Hasan (mencuri).
d.
reaksi : Hasan babak
belur dihajar massa.
e.
koda :Ibunya menangis.
c.
Mengembangkan
teks anekdot
1. Abstraksi
,
Di
sebuah desa, hiduplah seorang janda dengan anaknya. Hari ini tidak ada kepulan
asap di dapur.
2. Orientasi
,
Hasan
sangat lapar.Ia pun pergi dari rumah, siapa tahu ada orang yang berbelas
kasihan terhadapnya dengan memberi makan kapadanya. Tapi tak seorang pun yang
belas kasih kepadanya.
3. Krisis
,
Akhirnya
Hasan punya akal panjang yaitu mencuri buah durian milik tetangga yang kikir
itu.Dia pulang ke rumah membawa sebuah durian.Ibunya pun senang melihat
kedatangan Hasan yang membawa makanan.Ibunya pun memuji tindakan Hasan.“Lain
kali lebih banyak, ya, Nak! Tidak hanya satu!“ kata ibunya dengan polos.
4. Reaksi,
Waktu terus berjalan, tapi tetap tak ada
sesuatu yang bisa dimasak oleh Ibu Hasan.Hasan teringat buah durian.Hasan pun
pergi ke kebun.Diambilnya dua buah durian.Tapi naas bagi Hasan, warga sudah
menghadangnya. Hasan dihakimi oleh massa.
“Ini bukan keinginan saya, tapi keinginan ibuku.”Hasan menjerit kesakitan.Ibunya hanya diam.
“Bagaimana warga, apakah kita lanjutkan hukuman ini?” kata kepala kampung.
“Lanjut, hajar dia, sampai dia kapok!” seru warga
Ibunya hanya bisa melihat anak yang malang itu dihakimi massa.
“Ini bukan keinginan saya, tapi keinginan ibuku.”Hasan menjerit kesakitan.Ibunya hanya diam.
“Bagaimana warga, apakah kita lanjutkan hukuman ini?” kata kepala kampung.
“Lanjut, hajar dia, sampai dia kapok!” seru warga
Ibunya hanya bisa melihat anak yang malang itu dihakimi massa.
5. Koda
Setelah warga selesai melampiaskan amarah dan meninggalkannya, ibunya datang memeluknya.Tapi Hasan malah memukul ibunya.Ibunya jatuh tersungkur di tanah. “Kenapa ibu dulu tidak memarahiku ketika aku mencuri pertama kali?” tanya Hasan.
Setelah warga selesai melampiaskan amarah dan meninggalkannya, ibunya datang memeluknya.Tapi Hasan malah memukul ibunya.Ibunya jatuh tersungkur di tanah. “Kenapa ibu dulu tidak memarahiku ketika aku mencuri pertama kali?” tanya Hasan.
d. Menyunting teks
Menyunting yaitu mengoreksi teks yang sudah dibuat.Koreksi teks berdasarkan kesesuaian isi dengan topik, kaidah, dan bahasa.
Menyunting yaitu mengoreksi teks yang sudah dibuat.Koreksi teks berdasarkan kesesuaian isi dengan topik, kaidah, dan bahasa.
e. Merevisi teks sesuai
dengan hasil suntingan
Pada tahap ini, penulis menulis ulang teks yang sudah disunting/dikoreksi.
Pada tahap ini, penulis menulis ulang teks yang sudah disunting/dikoreksi.
f. Pengendapan ide
Teks yang sudah dibuat diendapkan dulu atau ditinggalkan dulu, setelah beberapa jam, teks yang sudah ditulis bacalah! Apakah masih ada yang salah?Atau sudah sesuai dengan harapan?Kalau masih ada yang salah perlu dibenahi lagi.
Teks yang sudah dibuat diendapkan dulu atau ditinggalkan dulu, setelah beberapa jam, teks yang sudah ditulis bacalah! Apakah masih ada yang salah?Atau sudah sesuai dengan harapan?Kalau masih ada yang salah perlu dibenahi lagi.
g. Memberi judul
Judul yang dipilih haruslah yang menarik pembaca.
Judul yang dipilih haruslah yang menarik pembaca.
h.
Perhatikan!
Keluarga Miskin dan Durian , Di sebuah desa, hiduplah seorang
janda dengan anaknya. Hari ini tidak ada kepulan asap di dapur.Hasan sangat
lapar. Ia pun pergi dari rumah, siapa tahu ada orang yang berbelas kasihan
terhadapnya dengan memberi makan kapadanya. Tapi tak seorang pun yang belas
kasih kepadanya
Waktu terus berjalan, tapi tetap
tak ada sesuatu yang bisa dimasak oleh Ibu Hasan. Hasan teringat buah durian.
Hasan pun pergi ke kebun. Diambilnya dua buah durian. Tapi naas bagi Hasan,
warga sudah menghadangnya. Hasan di hakimi oleh massa.
“Ini bukan keinginan saya, tapi keinginan ibuku.” Hasan menjerit kesakitan. Ibunya hanya diam. “Bagaimana warga, apakah kita lanjutkan hukuman ini?” kata kepala kampung. “Lanjut, hajar dia, sampai dia kapok!” seru warga. Ibunya hanya bisa melihat anak yang malang itu dihakimi massa.
“Ini bukan keinginan saya, tapi keinginan ibuku.” Hasan menjerit kesakitan. Ibunya hanya diam. “Bagaimana warga, apakah kita lanjutkan hukuman ini?” kata kepala kampung. “Lanjut, hajar dia, sampai dia kapok!” seru warga. Ibunya hanya bisa melihat anak yang malang itu dihakimi massa.
Setelah warga selesai melampiaskan
amarah dan meninggalkannya, ibunya datang memeluknya. Tapi Hasan malah menampar
dan memukul ibunya. Ibunya jatuh tersungkur di tanah. “Kenapa ibu dulu tidak
memarahiku ketika aku mencuri pertamakali?” tanya Hasan.
7.
ANALISIS TEKS ANEKDOT
a.
Tujuan
: Siswa
dapat menganalisis teks anekdot.
Sebelum ini, kalian sudah bisa menulis teks anekdot
dengan memahami struktur anekdot. Kali ini, kita akan menganalisis teks
anekdot. Analisis teks anekdot adalah menguraikan bagian-bagian teks anekdot.
Bagian-bagian teks anekdot adalah sebagai berikut.
b.
Struktur teks
Teks anekdot yang baik memiliki struktur abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda.
Tidak selalau teks anekdot memiliki lima bagian tersebut. Akan tetapi, bagian
yang harus ada dalam teks anakedot adalah orientasi-krisis-reaksi.
1.
Abstraksi berupa cerita pembuka yang akan
menggambarkan awal cerita.
2.
Orientasi yaitu
peninjauan yang menggambarkan situasi awal cerita. Orientasi akan membangun
konteks pembaca terhadap suatu cerita.
3.
Krisis yaitu bagian
cerita yang menggambarkan keadaan yang genting atau terjadinya konflik yang
dialami oleh tokoh (terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan).
4.
Reaksi yaitu tanggapan
tokoh terhadap konflik yang muncul.
5.
Koda yaitu penutup
cerita atau keadaan akhir cerita.
c. Kaidah Bahasa Bahasa
yang biasa digunakan dalam teks anekdot sebagai berikut.
1. Kata
kias atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki makna sebenarnya.
2. Kalimat
sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau
antonim
Contoh: Peristiwa yang terjadi di Indonesia
diandaikan jika terjadi di negeri orang (sindiran dengan pengandaian). •
Badannya semakin lama semakin kurus seperti es lilin (perbandingan). • Orang
pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim).
3. Pertanyaan
retoris Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Apakah kau sudah siap mati?
4. Kalimat
yang menyatakan ajaran moral/pesan kebaikan.
5. Kalimat
yang mengandung unsur lucu/konyol/jengkel.
6. Konjungsi
atau kata hubung Konjungsi yang terdapat dalam teks anekdot adalah konjungsi
sebab-akibat dan konjungsi temporal. Konjungsi sebab-akibat, antara lain maka,
karena, sebab. Sedangkan konjungsi temporal adalah konjungsi yang menandakan
hubungan waktu. Konjungsi temporal bisanya digunakan untuk urutan peristiwa,
yakni setelah, lalu,
d. kemudian. Langkah atau
tahap menganalisis teks adalah sebagai berikut.
1. Membaca
teks
2. Memahami
teks
3. Menganalisis
struktur teks yaitu memisahkan bagian abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan
koda
4. Menemukan
kata kias, konjungsi, kalimat retoris (jika ada)
5. Menemukan
kalimat yang mengandung unsur lucu/konyol/jengkel
6. Menentukan
sindiran
7. Menentukan
amanat atau pesan moral
e.
Perhatikan
contoh!
Seorang tua tengah menggembalakan keledainya di
padang rumput, tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan beberapa tentara musuh. “Cepat
larinya,” teriak si tua itu pada si keledai, “jangan sampai mereka menangkap
kita.” Tetapi si keledai tetap kalem berjalan. “Katakan,” ujar si keledai,
“jika jatuh ke tangan musuh apa aku harus membawa beban dobel?” “Kukira tidak,”
jawab si tua. “Lalu apa peduliku dengan siapa yang akan kulayani? Toh bebanku
sama saja.” Si tua pun berlari meninggalkan keledai.
f.
Mari
kita analisis!
1. Struktur
teks
a) Abstraksi
: Seorang tua tengah menggembalakan keledainya di padang rumput
b) Orientasi
: tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan beberapa tentara musuh.
c) Krisis
: “Cepat larinya,” teriak si tua itu pada si keledai, “jangan sampai mereka
menangkap kita.” Tetapi si keledai tetap kalem berjalan
d) Reaksi
: “Katakan,” ujar si keledai, “jika jatuh ke tangan musuh apa aku harus membawa
beban dobel?” “Kukira tidak,” jawab si tua
e) Koda
: Si tua pun berlari meninggalkan keledai
2. Konjungsi
yang digunakan: tiba-tiba dan tetapi.
a. Kalimat
yang mengandung unsur lucu/jengkel adalah kalimat “Tetapi si keledai tetap
kalem berjalan”.
b. Teks
tersebut menyindir rakyat yang tidak peduli terhadap siapa pemimimpinnya karena
tidak akan mengubah nasibnya.
c. Dari
sindiran tersebut, bisa ditarik sebuah amanah yaitu pedulilah terhadap pemimpin
karena pemimpinlah yang akan menentukan kebijakan pemerintah (termasuk
kebijakan yang akan mengubah nasib rakyatnya).
8. MENYUNTING TEKS ANEKDOT (STRUKTUR ISI DAN STRUKTUR
BAHASA)
a.
Tujuan : Siswa
dapat menyunting teks anekdot berdasarkan struktur isi dan bahasanya.
Menyunting merupakan hal yang dilakukan oleh penulis
dengan tujuan memperoleh teks yang baik.
b. Hal-hal
yang perlu diperhatikan ketika penyuntingan adalah sebagai berikut.
1.
Isi teks
a)
Unsur lucu/jengkel/konyol
b)
Ajaran/pesan moral
c)
Sindiran
2.
Struktur teks
Struktur
teks anekdot berupa abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda.
a)
Abstraksi berupa cerita
pembuka yang akan menggambarkan awal cerita.
b)
Orientasi yaitu
peninjauan yang menggambarkan situasi awal cerita. Orientasi akan membangun
konteks pembaca terhadap suatu cerita.
c)
Krisis yaitu bagian
cerita yang menggambarkan keadaan yang genting atau terjadinya konflik yang
dialami oleh tokoh.
d)
Reaksi yaitu tanggapan tokoh terhadap konflik
yang muncul.
e)
Koda yaitu penutup
cerita atau keadaan akhir cerita.
3. Kaidah
bahasa
a) Pemilihan
kalimat yaitu keefektifan kalimat yang digunakan.
b) Pemiilihan
kata yaitu kata yang digunakan baku atau tidak baku.
4. Ejaan
Tanda baca yang digunakan (titik, koma, petik, dsb), penggunaan huruf kecil, kapital, miring, penulisan angka.
Tanda baca yang digunakan (titik, koma, petik, dsb), penggunaan huruf kecil, kapital, miring, penulisan angka.
c.
Perhatikan!
Contoh
Petugas: 5000, Pak
Sopir taksi : Ini (sambil menyerahkan uang lima ribu-an)
Petugas : terimakasih
Petugas: 5000, Pak
Sopir taksi : Ini (sambil menyerahkan uang lima ribu-an)
Petugas : terimakasih
Taksi
pun meninggalkan pintu tol Datang mobil pribadi.
Sopir mobil : Ini (menyodorkan uang 10.000), ambil saja kembalinya
Petugas : Terimakasih
Datang mobil plat merah
Petugas : Maaf, 5000, Pak
Sopir : Saya pejabat, yang punya jalan ini!
Petugas : Maaf, peraturan, Pak
Sopir : sudah tidak betah bekerja disini?
Petugas bersungut-sungut lalu membukakan pintu tol dengan berat hati. Mobil pun berlalu.
Sopir mobil : Ini (menyodorkan uang 10.000), ambil saja kembalinya
Petugas : Terimakasih
Datang mobil plat merah
Petugas : Maaf, 5000, Pak
Sopir : Saya pejabat, yang punya jalan ini!
Petugas : Maaf, peraturan, Pak
Sopir : sudah tidak betah bekerja disini?
Petugas bersungut-sungut lalu membukakan pintu tol dengan berat hati. Mobil pun berlalu.
d.
Mari kita sunting!
1.
Isi teks
a.
Teks di atas sudah
memilki unsur jengkel yaitu mobil plat merah yang tidak mau membayar jasa tol
b.
Menyindir aparatur
Negara
c.
Memiliki pesan moral
yaitu tertib berlalu lintas tanpa memandang status.
Dari analisis di atas, teks termasuk teks anekdot karena sudah memenuhi persyaratan isi.
Dari analisis di atas, teks termasuk teks anekdot karena sudah memenuhi persyaratan isi.
2.
Struktur
teks
Teks di atas memiliki struktur sebagai berikut.
Teks di atas memiliki struktur sebagai berikut.
a.
Abstraksi: paragraf
pertama, kalimat pertama
b.
Orientasi: paragraf
pertama, kalimat kedua
c.
Krisis : paragraf
kedua, kalimat kelima
d.
Koda : paragraf ketiga
Teks di atas belum memenuhi teks struktur teks
anekdot, yakni bagian orientasi. Agar menjadi teks anekdot yang bagus, perlu
ditambahkan bagian orientasi.
Petugas palang pintu tol selalu sigap dalam bekerja.
Petugas dengan cepat menerima/mengembalikan uang dan membuka pintu tol.
Jalan tol hari ini sepi. Mobil yang lewat sedikit.
Jalan tol hari ini sepi. Mobil yang lewat sedikit.
3.
Kebahasaan
Ada beberapa kesalahan penggunaan kata, kalimat, dan ejaan
penulisan 5000 dan 10.000 seharusnya lima ribu dan sepuluh ribu.
penulisan disini seharusnya di sini.
Ada beberapa kesalahan penggunaan kata, kalimat, dan ejaan
penulisan 5000 dan 10.000 seharusnya lima ribu dan sepuluh ribu.
penulisan disini seharusnya di sini.
9. KARAKTERISTIK
TEKS ANEKDOT
a.
Tujuan
: Siswa
memahami karakteristik teks anekdot.
Teks anekdot berbeda dengan teks lain. Ciri yang
membedakan teks anekdot dengan teks yang lain adalah sebagai berikut.
1)
Struktur teks Teks
anekdot yang baik memiliki struktur abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda.
Tidak selalau teks anekdot memiliki lima bagian tersebut. Akan tetapi, bagian
yang harus ada dalam teks anekdot adalah orientasi-krisis-reaksi.
2)
Abstraksi berupa cerita
pembuka yang akan menggambarkan awal cerita.
3)
Orientasi yaitu
peninjauan yang menggambarkan situasi awal cerita. Orientasi akan membangun
konteks pembaca terhadap suatu cerita.
4)
Krisis yaitu bagian cerita yang menggambarkan
keadaan yang genting atau terjadinya konflik yang dialami oleh tokoh
(terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan).
5)
Reaksi yaitu tanggapan
tokoh terhadap konflik yang muncul.
6)
Koda yaitu penutup
cerita atau keadaan akhir cerita.
b.
Kaidah teks
1.
Memiliki ajaran
moral/mengandung pelajaran
2.
Memiliki unsur
lucu/konyol/menjengkelkan
3.
Menyindir
4.
Bahasa, kebahasaan yang
sering digunakan dalam penulisan teks anekdot adalah perbandingan, perumpamaan,
dan konjungsi temporal dan sebab akibat.
c.
Perhatikan!
: Bandingkan kedua teks berikut ini! Teks mana yang
termasuk teks anekdot?
1)
Teks 1
Tertib lalu lintas harus ditegakkan. Hari ini polisi menggelar operasi di Jalan Was.
Polis i: Mengapa kamu tidak pakai helm
Pengendara : Helm saya hilang, Pak
Polisi : kalau hilang, beli atau bayar denda di sini?
Pengendara : kalau saya beli helm, saya tidak puna uang untuk bayar denda. Pasti nanti saa juga disuruh bayar denda karena saya juga tidak punya SIM. Polisi:???? Polisi mengeluarkan surat tilang. Motor pengendara harus ditinggal.
Tertib lalu lintas harus ditegakkan. Hari ini polisi menggelar operasi di Jalan Was.
Polis i: Mengapa kamu tidak pakai helm
Pengendara : Helm saya hilang, Pak
Polisi : kalau hilang, beli atau bayar denda di sini?
Pengendara : kalau saya beli helm, saya tidak puna uang untuk bayar denda. Pasti nanti saa juga disuruh bayar denda karena saya juga tidak punya SIM. Polisi:???? Polisi mengeluarkan surat tilang. Motor pengendara harus ditinggal.
2) Teks 2
Sejak bertemu dengan dia, hidupku menjadi lebih berarti. Dia sahabat baikku. Setiap hari aku mendapatkan wejangan-wejangan darinya. Salah satunya adalah wejangan bagaimana cara menikmati hidup agar tidak tamak dan selalu bersyukur. “Seandainya bisa, manusia pasti akan menggenggam dunia,” katanya suatu saat.
Sejak bertemu dengan dia, hidupku menjadi lebih berarti. Dia sahabat baikku. Setiap hari aku mendapatkan wejangan-wejangan darinya. Salah satunya adalah wejangan bagaimana cara menikmati hidup agar tidak tamak dan selalu bersyukur. “Seandainya bisa, manusia pasti akan menggenggam dunia,” katanya suatu saat.
d.
Mari
kita ulas!
a.
Teks 1
berbentuk drama sedangkan teks 2 berbentuk cerita.
Kedua teks di atas memiliki ajaran/pesan moral. Akan tetapi, teks 1 adalah teks
anekdot sedangkan teks 2 bukan teks anekdot. Hal ini disebabkan oleh sebagai
berikut.
Teks 1 adalah teks anekdot sebab memiliki struktur
sebagai berikut. Abstraksi : Operasi tertib lalu lintas Orientasi : tertib lalu
lintas harus ditegakkan Krisis : pengendara ditilang Reaksi : polisi
mengeluarkan surat tilang Koda : pengendara harus meninggalkan kendaraan di TKP
b. Teks
2 tidak memiliki struktur seperti teks 1.
Selain struktur teks, hal yang tampak berbeda dari
kedua teks tersebut adalah unsur lucu/jengkel/konyol. Teks 1 memiliki unsur
tersebut, sedangkan teks 2 tidak memilikinya.
Teks 1 berisi sindiran terhadap seseorang yang tidak
tertib lalu lintas. Sedangkan teks 2 memiliki amanat yang kuat yaitu hidup
harus selalu bersyukur dan tidak tamak.
10.
LANGKAH-LANGKAH ABSTRAKSI TEKS ANEKDOT
a.
Tujuan
: Siswa
dapat mengabstraksi teks anekdot.
Abstrak bisa dimaknai suatu hal yang penting/inti.
Mengabstraksi teks anekdot berarti meringkas teks anekdot. Ringkasan disusun
dalam paragraf yang memiliki satu kesatuan makna.
1.
Langkah-langkah
mengabstraksi teks anekdot sebagai berikut.
a.
Membaca teks anekdot.
b.
Menentukan pokok-pokok
teks anekdot.
2. Pokok-pokok teks
anekdot sebagai berikut:
a. Partisipan
adalah penokohan
b. Peristiwa
penting adalah inti peristiwa dari setiap bagian abstraksi-orientasi
krisis-reaksi-koda
c. Latar
d. Kelucuan/kejengkelan/kekonyolan
e. Hikmah
3.
Perhatikan! Contoh:
POLITISI BLUSUKAN BANJIR
Pada malam Jumat, paling banyak
ditemukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama
sebenarnya dan bukan sebenarnya nama). Darman mendatangi kampung yang diterjang
banjir paling parah. Kebetulan di sana banyak wartawan meliput sehingga dia
makin semangat menyerahkan bingkisan.
Darman juga tidak mau
menyia-nyiakan sorotan kamera wartawan. Dia mencari strategi agar tetap menjadi
perhatian media. Darman berusaha masuk ke tempat banjir dan menceburkan diri ke
air. Sial baginya, dia terperosok ke selokan dan terseret derasnya air. Darman
berusaha sekuat tenaga melawan arus, tetapi tak berdaya, dia hanyut.
Untung regu penolong sangat sigap.
Meskipun terseret cukup jauh, Darman masih bisa diselamatkan. Dia dibawa ke
posko kesehatan dan dibaringkan di bangsal. Waktu itu semua bangsal penuh oleh
orang pingsan. Darman kaget melihat orang yang ada di situ. Semuanya dia kenal,
para politisi sedang blusukan. Lebih kaget lagi ketika dia melihat doa tertulis
di dinding: “Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas”. Darman pingsan!
4.
Mari kita abstraksi!
Partisipan dalam teks di atas adalah Darman,
wartawan, regu penolong, masyarakat. Tokoh utama: Darman
Peristiwa penting Pada malam Jumat, sejumlah
politisi melakukan “blusukan” ke daerah-daerah banjir. Mereka membawa sembako
untuk dibagi-bagikan kepada korban banjir. Tidak ketinggalan, Darman juga
meninjau salah satu daerah yang menjadi korban banjir. Ia menebar senyum dan
menjadi pusat perhatian warga. Akan tetapi, Darman sial. Ia terperosok ke
selokan dan terseret oleh banjir. Darman ditolong oleh regu penyelamat. Lalu,
ia dibawa ke tempat yang aman. Darman pingsan setelah melihat ada tulisan “Ya
Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas” yang menempel di dinding.
11.
EVALUASI TEKS
ANEKDOT (KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BERDASARKAN STRUKTUR ISI DAN BAHASA)
a.
Tujuan : Siswa
dapat mengevaluasi teks anekdot berdasarkan struktur isi dan bahasanya.
Teks anekdot merupakan teks yang
lucu/jengkel/konyol tapi mengandung ajaran moral. Oleh sebab itu, teks anekdot
sering ditulis/dibaca seseorang untuk menghilangkan rasa stress. Akan tetapi,
setiap teks anekdot memiliki tingkat kelucuan/kejengkelan/kekonyolan yang
berbeda-beda sehingga tingkat humor pun berbeda-beda. Teks anekdot yang baik
adalah teks yang memiliki unsur lucu/jengkel/konyol, memiliki pesan moral
sebagai pencerahan, dan strukturnya jelas.
b. Untuk mengevalusi teks
anekdot, kita memerlukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini.
1.
Siapa partisipan/tokoh
dalam teks tersebut?
2.
Siapa yang kita sindir?
3.
Sudah runtutkah
rangkaian peristiwanya?
4.
Bagaimana kelengkapan struktur teks abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda
5.
Apakah ada unsur lucu/jengkel/konyol?
6.
Apakah anekdot itu
memberikan pencerahan bagi pembaca?
7.
Bagaimana ketepatan
penggunaan bahasa teks anekdot itu?
8.
Apakah teks tersebut
sesuai dengan topik?
c.
Perhatikan! Contoh:
Orang Tuaku
Sayang, Anakku Malang
Setiap hari orang tua Iwan selalu
bekerja. Mereka jarang pulang di rumah karena harus mengisi acara seminar
maupun diklat. Sudah satu bulan lamanya mereka tidak bertemu anaknya. Rasa
kangen pun mendera. Sang bapak ingin menguji anaknya, apakah dia mencintai dan
merindukannya. Bapak: Wan, apakah kamu sayang terhadap orang tuamu? Iwan:
sangat sayang. Aku selalu merindukan ayah dan ibu ketika aku sendiri di rumah
(Jawab Iwan bohong)
Bapaknya lega mendengar perkataan
Iwan. Beliau percaya kalau anaknya sangat menyayangi orangtua.
Ayahnya kemudian berdoa, “Ya, Allah
terimakasih kau telah titipkan hamba seorang anak yang baik. Berikan dia
hukuman jika salah.” Seketika itu, Iwan jatuh dan pingsan. Bapaknya segera
melarikannya ke rumah sakit. Iwan langsung mendapatkan pertolongan tim medis
dan masuk ruang ICU. Ayahnya hanya menangis.
d.
Mari
evaluasi!
Partisipan yang terlibat dalam teks anekdot di
atas adalah Bapak, Iwan, dan tim medis. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran
masing-masing. Teks tersebut menyindir
orang tua dan anak. Orang tua yang selalu meninggalkan anak karena pekerjaan
dan anak yang membohongi orangtua. Rangkaian peristiwa di atas sudah runtut dan
logis. Dimulai dengan abstraksi dan ditutup dengan koda. Krisis dalam teks di
atas juga memiliki unsur konyol, Ayahnya kemudian berdoa, “Ya, Allah terimakasih
kau telah titipkan hamba seorang anak yang baik. Berikan dia hukuman jika
salah.” Seketika itu, Iwan jatuh dan pingsan. Bahasa yang digunakan dalam teks
tersebut sudah tepat.
Judul teks tersebut sudah tepat karena
mewakili keseluruhan isi teks. Dari evaluasi di atas, dapat dikatakan teks
anekdot ‘Orang Tuaku Sayang, Anakku Malang’ termasuk teks anekdot yang bagus.
12.
LANGKAH-LANGKAH KONVERSI
TEKS ANEKDOT MENJADI TEKS MONOLOG
a.
Tujuan
: Siswa
dapat mengonversi teks anekdot menjadi teks monolog.
Sebelumnya,
kalian sudah dapat menilai sebuah teks anekdot. Sekarang,kalian akan belajar
bagaimana mengonversi teks anekdot tersebut menjadi teks monolog.
b.
Teks
naratif ,
Teks naratif adalah teks cerita. Teks naratif
anekdot harus memiliki kejelasan tokoh, alur peristiwa, dan latar.
c.
Teks
monolog
Monolog adalah cerita yang disampaikan oleh satu orang.
Monolog adalah cerita yang disampaikan oleh satu orang.
d.
Langkah-langkah
mengonversi teks naratif menjadi teks monolog:
1.
Bacalah teks dengan seksama
2.
Cermatilah apa yang
dikatakan oleh tokoh utama dan tokoh yang lain.
3.
Perhatikan kalimat
langsung yang ada dalam teks naratif.
a.
Ciri
kalimat tidak langsung adalah sebagai berikut:
1.
Tidak menggunakan tanda
petik
2.
Bentuk kalimat berita
3.
Menggunakan kata ganti
orang ketiga: ia, -nya, mereka
Contoh: Ia berdoa agar orang yang tak ikhlas memberi
bantuan dihanyutkan
b.
Ciri
kalimat langsung adalah sebagai berikut:
1.
Menggunakan tanda petik
2.
Bentuk kalimat adalah
kalimat tanya, perintah, ajakan, seru, maupun larangan.
3.
Menggunakan kata ganti
orang pertama dan kedua: saya, kamu, kami
Contoh: Ia berdoa, “hanyutkanlah
orang yang tak ikhlas memberi bantuan.”
c. Ubahlah
dialog tersebut menjadi teks monolog atau dengan satu tokoh saja yang
berbicara. Walaupun berbentuk monolog, teks anekdot tetap mempertahankan
ciri-ciri teks anekdot, yakni struktur abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda,
memiliki amanat, memiliki unsur lucu/konyol/jengkel.
d.
Perhatikan!
KUHP DALAM ANEKDOT
1) Seorang
dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana.
Suasana kelas biasa-biasa saja.
2) Saat
sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya kepada Pak Dosen. “Apa kepanjangan KUHP,
Pak?” Pak Dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad.
“Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen.
Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
3) Mahasiswa
lain tentu tertawa, sedangkan Pak Dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala
seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara
tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan Pak Dosen dijawabnya dengan tegas,
“Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!”
Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu,
mereka tertawa terbahak-bahak.
4) Gelak
tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal.
Ø Mari
konversi!
KUHP
DALAM ANEKDOT
Seorang dosen fakultas hukum sedang
memberikan kuliah hukum pidana dalam salah satu kelas.Suasana kelas biasa-biasa
saja. Sampai saat sesi tanya jawab berlangsung. Salah satu mahasiswa, Ali,
menanyakan tentang kepanjangan KUHP. Dosen tersebut melempar pertanyaan itu
untuk mahasiswa lain, Ahmad. Ahmad berkata bahwa dia akan berfikir dulu lalu
segera menjawab bahwa KUHP adalah Kasih Uang Habis Perkara. Ahmad berkata bahwa
dia tahu hal itu dari pengalaman sebagaimana yang dikatakan dalam peribahasa
Inggris yang menyebutkan pengalaman adalah guru yang terbaik. Mereka
berpandang-pandangan.Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak. Gelak tawa
mereda. Kelas kembali berlangsung normal.
13.
LANGKAH- LANGKAH
KONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI TEKS DRAMA PENDEK
a.
Tujuan
: Siswa
dapat mengonversi teks anekdot ke dalam teks drama.
Ada
beberapa bentuk teks anekdot, yakni naratif (monolog), dialog (drama), dan
puisi. Bentuk teks anekdot bisa diubah dari naratif (monolog) menjadi dialog
(drama) atau sebaliknya dari dialog (drama) menjadi teks monolog (naratif).
1.
Teks naratif
Teks naratif adalah teks cerita. Teks naratif anekdot harus memiliki kejelasan tokoh, alur peristiwa, dan latar.
Teks naratif adalah teks cerita. Teks naratif anekdot harus memiliki kejelasan tokoh, alur peristiwa, dan latar.
2.
Drama
Drama adalah cerita sandiwara. Ciri-ciri drama adalah menggunakan dialog dalam bercerita. Selain itu, ekspresi tokoh juga dilukiskan dalam bentuk mimik dan pantomimik.
Drama adalah cerita sandiwara. Ciri-ciri drama adalah menggunakan dialog dalam bercerita. Selain itu, ekspresi tokoh juga dilukiskan dalam bentuk mimik dan pantomimik.
b. Langkah-langkah
mengubah teks anekdot naratif menjadi teks drama:
1. Bacalah teks anekdot dengan cermat.
2. Cermatilah tokoh dan apa yang dikatakan oleh
tokoh (kalimat langsung).
Ø Ciri
kalimat tidak langsung adalah sebagai berikut.
1. Tidak
menggunakan tanda petik
2. Bentuk kalimat berita
3. Menggunakan
kata ganti orang ketiga: ia, -nya, mereka
Contoh: Ia berdoa agar orang yang tak ikhlas memberi
bantuan dihanyutkan.
Ø Ciri
kalimat langsung adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan
tanda petik.
2. Bentuk
kalimat adalah kalimat tanya, perintah, ajakan, seru, maupun larangan.
3. Menggunakan
kata ganti orang pertama dan kedua: saya, kamu, kami
Contoh: Ia berdoa, “hanyutkanlah orang yang tak ikhlas memberi bantuan.”
Contoh: Ia berdoa, “hanyutkanlah orang yang tak ikhlas memberi bantuan.”
Ø Ubahlah
pernyataan yang menjelaskan keadaan tokoh menjadi ekpresi (mimik dan
pantomimik) setelah atau sebelum dialog.
Ø Perhatikan!
KUHP DALAM ANEKDOT
1) Seorang
dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana.
Suasana kelas biasa-biasa saja.
2) Saat
sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya kepada pak dosen, “Apa kepanjangan KUHP,
Pak?” Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad.
“Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen.
Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
3) Mahasiswa
lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala
seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara
tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas,
“Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!”
Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu, mereka
tertawa terbahak-bahak.
4) Gelak tawa mereda. Kelas kembali berlangsung
normal.
Ø
Mari konversi!
KUHP DALAM ANEKDOT
Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja. Saat sesi tanya-jawab tiba.
Ali : (Ali mengacungkan jari telunjuknya) “Pak, apa kepanjangan dari KUHP?”
Pak Dosen : “O, ya. Pertanyaan yang bagus. Siapa yang tahu kepanjangan KUHP?”(sambil melemparkan pandang ke semua mahasiswa). Terlihat Ahmad sedang sibuk dengan HP barunya.
Pak Dosen : “Nah, Ahmad, coba kamu jawab apa kepanjangan dari KUHP?”
Ahmad : “Apa, Pak? Kepanjangan KUHP, Pak? Ehm..” (berpikir sejenak) “Kasih Uang Habis Perkara” Mahasiswa lain tertawa, sedangkan Pak Dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Pak Dosen : “Saudara Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?”
Ahmad : “Peribahasa Inggris yang mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak” Mahasiswa tercengang, berpandang-pandangan, kemudian tertawa terbahak-bahak.
Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja. Saat sesi tanya-jawab tiba.
Ali : (Ali mengacungkan jari telunjuknya) “Pak, apa kepanjangan dari KUHP?”
Pak Dosen : “O, ya. Pertanyaan yang bagus. Siapa yang tahu kepanjangan KUHP?”(sambil melemparkan pandang ke semua mahasiswa). Terlihat Ahmad sedang sibuk dengan HP barunya.
Pak Dosen : “Nah, Ahmad, coba kamu jawab apa kepanjangan dari KUHP?”
Ahmad : “Apa, Pak? Kepanjangan KUHP, Pak? Ehm..” (berpikir sejenak) “Kasih Uang Habis Perkara” Mahasiswa lain tertawa, sedangkan Pak Dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Pak Dosen : “Saudara Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?”
Ahmad : “Peribahasa Inggris yang mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak” Mahasiswa tercengang, berpandang-pandangan, kemudian tertawa terbahak-bahak.
14.
EKSPRESI METAFOR, PERSONIFIKASI, DAN MAJAS LAINNYA DALAM
TEKS ANEKDOT
( MACAM-MACAM
EKSPRESI MAJAS DALAM ANEKDOT)n
a. Tujuan
Pembelajaran : Siswa dapat memahami macam-macam ekspresi majas dalam anekdot.
Sahabat quipper, masih ingat kaidah
utama dari sebuah teks anekdot? Yup,
dua kaidah yang paling penting dari sebuah anekdot adalah cerita lelucon dan
mengandung pelajaran tertentu.
Bagaimana cara kita
mengetahui apakah sebuah anekdot mempunyai kedua ciri tersebut? Tentunya dengan
menganalisis unsur-unsur yang ada pada anekdot itu sendiri, seperti tokoh utama,
tema, latar, dan gaya bahasa. Coba kita lihat contoh anekdot beriku !
Kurus Adel,
seorang siswi SMA, sedang ingin curhat dengan teman dekatnya ketika istirahat.
Sayangnya teman dekatnya yang berbadan gemuk itu sedang tidak terlalu ingin
meladeni Adel karena lapar. “Aku sebal deh dengan orang yang sering mengurusi
temannya sendiri,” tutur Adel sewot. “Aku tidak setuju dengan pendapatmu itu.”
Jawab teman Adel sambil melihat ke kantin. “Loh kok bisa?” “Yak karena belum
tentu temanmu itu benar-benar ingin kurus.” Adel langsung pergi tanpa permisi.
Nah, dari contoh anekdot di atas,
coba kita ajukan pertanyaan berikut.
1. Apakah
anekdot itu lucu?
2. Apakah
anekdot itu memberikan pelajaran atau kesadaran tertentu?
antara kalian, pasti menjawab berbeda mengenai
contoh anekdot di atas. Ada yang bilang lucu ada juga yang berpendapat
sebaliknya. Namun, yang terpenting, sebuah anekdot haruslah mempunyai hikmah
yang dapat dipetik di dalamnya.
Dalam beberapa kesempatan,
pembaca menilai sebuah teks itu termasuk anekdot bukan hanya karena terdapat
unsur lucu, melainkan juga terkandung gambaran kekonyolan dari tokoh yang
terlibat dalam cerita. Kekonyolan-kekonyolan yang ditemukan dalam teks cerita
anekdot biasanya muncul dengan gaya bahasa tertentu yang sifatnya menyindir
atau mengandaikan sesuatu. Sindiran dan pengandaian tersebut tentulah berisikan
pesan yang mengarah menuju perbaikan atau kebaikan.
Dari teks anekdot berjudul “Kurus”
di atas, nampak kekonyolan teman dari tokoh Adel yang sedang ingin makan terganggu
dengan kedatangan Adel. Teman Adel tersebut akhirnya sengaja memelesetkan kata mengurusi menjadi membuat jadi kurus. Hal itu
dimaksudkan untuk menyindir Adel agar segera menyelesaikan curhatnya karena dia
merasa lapar harus pergi ke kantin.
Nah, sahabat Quipper gaya bahasa semacam ini ternyata
termasuk kategori majas, dalam hal ini adalah majas ironi.
apa itu majas? Majas dalam bahasa Inggris adalahfigurative
language yang berarti bermakna
kias dan diciptakan untuk menciptakan efek tertentu. Secara garis besar majas
terbagi menjadi empat jenis, yakni majas perbandingan, pertentangan, pertautan,
dan perulangan. Adapun macamnya cukup banyak. Majas-majas yang sering muncul
dalam teks anekdot itu di antaranya asosiasi, metafora, personifikasi,
eufimisme, antitesis, hiperbola, litotes, ironi, metonimia, dan sinekdoke. adalah
contoh-contoh kalimat bermajas yang sering muncul dalam anekdot.
Contoh majas dalam anekdot Badannya itu seperti tiang listrik. (asosiasi) Setelah itu, anak buah sang Hakim mencari pembantu si penjual
kayu yang lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang. (metafora) Aliran sungai pun membawa nangka milik Kabayan hingga ke rumahnya
kembali. (personifikasi)
Dan lantai gedung itu pun bergetar-getar hingga nyaris runtuh saat pria itu tertawa. (hiperbola) Neil
Amstrong, yang terbang ke bulan dengan Apollo
11, kaget dan bertanya kepada si orang Cina bagaimana caranya dia bisa sampai
di bulan. (metonimia) Dengan sigap, maling itu membawa dua ekor ayam kampung buruannya. (sinekdoke) Seorang tuna wisma sedang mengobrol dengan pejalan kaki
yang ternyata tuna netra.
(eufimisme) Segala fitnahan
Sultan dibalas dengan budi bahasa
yang baik oleh Nasrudin Hodja.
(antitesis)
15.
KALIMAT SINDIRAN
DALAM TEKS ANEKDOT ( KALIMAT SINDIRAN DALAM TEKS ANEKDOT)
a. Tujuan
Pembelajaran : Siswa memahami bentuk-bentuk kalimat sindiran dan dapat
menerapkannya dalam teks anekdot.
Pada topik sebelumnya, kalian sudah mengetahui
struktur dan kaidah teks anekdot, bukan? Mari ingat-ingat kembali. Struktur
anekdot terdiri atas abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Nah,
kaidah teks anekdot di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Mengandung kata kias atau konotasi,
2. mengandung kalimat sindiran,
3. mengandung pertanyaan retoris,
4. mengandung kalimat yang menyatakan ajaran moral.
1. Mengandung kata kias atau konotasi,
2. mengandung kalimat sindiran,
3. mengandung pertanyaan retoris,
4. mengandung kalimat yang menyatakan ajaran moral.
Teks anekdot sering dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk menyindir layanan publik atau keadaan sosial masyarakat. Sebagai sebuah
karya, anekdot ini penting untuk dipelajari karena bisa jadi cara yang
menyenangkan dalam memupuk kepedulian sekitar. Pada topik kali ini, kita akan
memperdalam pengetahuan kita tentang kalimat sindiran dalam teks anekdot.
Teks anekdot bisa berisi sindiran halus dan
pengandaian. Struktur di bawah ini dapat digunakan ketika membuat teks anekdot.
1. Kalimat pengandaian;
2. kalimat perbandingan; dan
3. antonim.
1. Kalimat pengandaian;
2. kalimat perbandingan; dan
3. antonim.
Perhatikan teks anekdot di bawah ini!
Ø Teks 1
Seorang pejabat daerah diwawancarai di sebuah alun-alun kota.
MC : Wah, Bapak hebat, ya, kota ini jadi bersih sejak Bapak menjabat.
Pejabat : Tidak hebatlah Mba, semua ini karena kita ingin lebih baik saja.
MC : Program apa saja yang sudah Bapak lakukan?
Pejabat : Saya sering melakukan penyuluhan, mendesain, dan menyebar tong-tong sampah unik di setiap sudut fasilitas umum sehingga masyarakat semangat membuang sampah di tempat sampah.
MC : Sederhana, ya, Pak?
Pejabat : Iya, kita hanya mengasah kepekaan mereka terhadap sampah.
Seorang pejabat daerah diwawancarai di sebuah alun-alun kota.
MC : Wah, Bapak hebat, ya, kota ini jadi bersih sejak Bapak menjabat.
Pejabat : Tidak hebatlah Mba, semua ini karena kita ingin lebih baik saja.
MC : Program apa saja yang sudah Bapak lakukan?
Pejabat : Saya sering melakukan penyuluhan, mendesain, dan menyebar tong-tong sampah unik di setiap sudut fasilitas umum sehingga masyarakat semangat membuang sampah di tempat sampah.
MC : Sederhana, ya, Pak?
Pejabat : Iya, kita hanya mengasah kepekaan mereka terhadap sampah.
Usai
wawancara, pejabat itu dihampiri pemulung.
Pemulung : Maaf Pak, mau ambil gelas plastik bekas di situ.
Pejabat : Di mana?
Pemulung : Itu, dari tadi Bapak injek .
Pejabat : Wah, saya tidak tahu
Pemulung : Tidak apa apa Pak, pandangan Bapak, kan, menjangkau khalayak luas dan umum, saya ngurusi yang khusus ini.
Pemulung : Maaf Pak, mau ambil gelas plastik bekas di situ.
Pejabat : Di mana?
Pemulung : Itu, dari tadi Bapak injek .
Pejabat : Wah, saya tidak tahu
Pemulung : Tidak apa apa Pak, pandangan Bapak, kan, menjangkau khalayak luas dan umum, saya ngurusi yang khusus ini.
Ø Mari
kita ulas.
Teks anekdot di atas menyindir pejabat yang
berbicara tentang sesuatu yang baik dan besar, tapi lupa dengan hal-hal buruk
terdekat dari mereka. Teks anekdot di atas menyindirnya dengan menggunakan
antonim kata umum dan khusus.
Kalian dapat mengamatinya pada kalimat terakhir, yaitu “Tidak apa apa Pak,
pandangan Bapak, kan, menjangkau khalayak luas dan umum, saya ngurusi yang
khusus ini.”
Ø Antonim
dalam kalimat tersebut adalah luas/umum >< khusus.
Ø Antonim
adalah kata-kata yang berlawanan maknanya atau berpasangan. Contoh
tinggi-rendah, umum-khusus, luas-sempit, siang-malam, gelap-terang,
besar-kecil, dan sebagainya. Dalam teks anekdot, antonim digunakan untuk
menyindir secara halus dan mengutarakan sebuah kenyataan yang seharusnya
berlawanan.
Ø Teks 2
Paru-Paru
Dunia Indonesia adalah salah satu paru-paru
dunia, bukan? Saya rasa dunia harus segera membawanya ke rumah sakit karena
saat ini kabut asap sudah membuat paru-paru dunia sakit. Saya khawatir nanti,
seandainya paru-paru sudah semakin parah, dunia pun bisa jadi di ICU-kan.
Ø Mari kita ulas!
Ø Teks
kedua merupakan teks anekdot berupa monolog. Dalam teks tersebut, sindiran
dilakukan pada dunia yang berlaku acuh tak acuh terhadap musibah asap yang
terjadi di Indonesia. Sindiran ini disampaikan melalui kalimat pengandaian.
Kalian perhatikan kalimat“Saya khawatir nanti, seandainya paru-paru sudah
semakin parah, dunia pun bisa jadi di ICU-kan.”
Teks tersebut
membuat pengandaian Indonesia sebagai paru-paru. Dalam pengandaian ini, kita
harus jeli memandang persamaan dari peristiwa sosial yang diceritakan dan
karakter orang yang diceritakan dengan benda yang akan kita jadikan
pengandaian. Dalam teks anekdot, pengandaian bisa terlihat dari pemarkah kata
hubung pengandaian. Kata hubung ini adalah umpama,
andaikan, atau seandainya.
Setelah melihat
contoh dan ulasan, kalian pasti bisa menganilisis teks anekdot lebih baik lagi.
Selain itu, kalian bisa membuat anekdot sendiri.
Ø Poin Penting
Kalimat sindiran
digunakan dalam teks anekdot. Kalimat sindiran bisa berupa pengandaian,
perbandingan, atau antonim.