Sabtu, 02 November 2019

PERKEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN



A.     HISTORIS PERKEMBANGAN BAHASA

1.      Masa Romawi Kuno dan Abad Pertengahan
Sebelum kekaisaran romawi berkembang, bahasa Romawi mempelajari bahasa Yunani sebagai bahasa kedua. Caranya dengan guru pribadi atau tutor yang berkebangsaan Yunani. Kadang-kadang juga dengan cara memelihara budak belian atau pelayan yang berbahasa Yunani dalam rumah tangganya.[1][1]
Sejarah pengajaran bahasa dimulai dengan model “private”, karna pada masa lalu hanya orang-orang terkemuka dan para bangsawan saja yang mampu belajar bahasa kedua. Pada permulaan masa inperium Romawi, peradaban Yunani kuno masih sangat dominan. Maka dalam rangka menguasai ilmu dan peradaban Yunani kuno itu, para penguasa Romawi merasa perlu mempelajari bahasa Yunani. Metode yang digunakan adalah “menghafalkan ungkapan-ungkapan dalam bahasa kedua {Yunani} dan membandingkannya dengan ungkapan-ungkapan dalam bahasa ibu (Latin)”. Seiring dengan menguatnya kekuasaan Romawi, maka bahasa mereka (bahasa latin) menjadi bahasa yang paling dominan, karena digunakan sebagai bahaasa agama, ilmu, satra, dan politik.[2][2]

2.      Masa Renaissance
Adalah menarik untuk dicatat bahwa keluhan-keluhan tentang betapa jeleknya metode mengajar bahasa Latin terdengar setelah ditemukannya mesin cetak. Dengan ditemukannnya mesin cetak, diterbitkanlah karya-karya klasik dalam bahasa Yunani dan Latin yang kemudian disebarkan diseluruh Eropa. Karya-karya klasik dalam bahasa Latin ini ditulis dalam bahasa Latin yang berabad-abad lebih tua dari bahasa Latin yang digunakan masyarakat  akademis di Eropa pada masa itu. Namun demikian, bahasa Latin klasik inilah yang dianggap sebagai standard  bahasa yang asli dan benar serta harus dijadikan dasar penulisan tata dasar bahasa Latin dan pengajaran bahasa Latin.[3][3]
Lahirnya alat percetakan pada abad 15 M membawa perubahan besar pada pengajaran bahasa.  Di Eropa pada waktu itu, bahasa latin menjadi bahasa sekolah atau bahasa ilmu. Bahasa latin diajarkan di sekolah-sekolah, dan buku-buku berbahasa latin beredar secara luas di tengah masyarakat. Pada waktu itu, ada upaya dari para ahli filsafat bahasa untuk menerapkan kaidah-kaidah gramatika, yang diambil dari bahasa tulis Latin kuno, pada bahasa lisan. Maka pengajaran bahasa pada waktu itu berputar pada menghafalkan kaidah-kaidah bahasa dan penerapannya secara ketat dalam ujaran-ujaran.[4][4]

3.      Abad ke tujuh belas dan ke delapan belas
Pada abad 17 M, seorang pendidik dari cheko, Jhon Amos Comenius, dalam bukunya “membuka khazanah bahasa yang terbit pada tahun 1630, mengemukakan pandangan yang menghebohkan dengan pernyataannya bahwa metode pengajaran bahasa yang selama ini dipakai tidak berguna. Dalam pandangannya, menguasai kaidah  dan menghafalkan kosa kata lepas adalah sia-sia, dan bahwa upaya menundukkan kaidah bahasa kepada prinsip-prinsip logika adalah bertentangan dengan tabiat bahasa yang sepontan. Comenius menyarankan cara belajar bahasa melalui gerakan dan aktifitas yang langsung menyertai ungkapan bahasa, atau melalui gambar-gambar yang konkrit, tanpa terlalu dibebani dengan penguasaan kaidah-kaidah. Pandangan Comenius ini tidak banyak menarik perhatian para pengajar pada waktu itu, tetapi mendapat dukungan dari beberapa pendidik dan filosif inggris seperti Jhon Locke.
Pikiran-pikiran kominius juga diikuti oleh Basedow yang kemudian dipengaruhi oleh Reussiau dengan “nature education”nya. Basedow dapat tantangan keras dari para pendidik pada waktu itu karena pendapatnya sangat membahayakan kedudukan karya-karya klasik dalam pendidikan.
Sampai perempatan terakhir abad ke-18, kegiatan-kegiatan belajar dalam pembelajaran bahasa kebanyakan terdiri dari kegiatan menterjemahkan dari bahasa ke-2 ke dalam bahasa ibu. Kelaziman ini kemudian berubah secara besar-besaran karena pengaruh meidinger yang dalam bukunya Praktische frinzosische Grammatik (1783) mengajarkan terjemahan ke dalam bahasa ke-2 dengan menggunakan aturan-aturan gramatika. Pada akhir abad ini pelajaran tata bahasa latin telah menjadi tujuan tersendiri. Bahsa latin tidak lagi menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah dan pengajaran dan penggunaan kaidah tata bahasa latin diformilkan menjadi semacam latihan intelektual (intellectual exercise). Beberapa bahasa modern yang mulai diajarkan di beberapa sekolah pada waktu itu tidak banyak perbedaannya dengan cara mengajar bahasa latin dengan alasan-alasan yang sama, yaitu merupakan “mental disiplin”.

4.      Abad Ke Sembilan Belas
Pada awal abad 19 M, muncul pandangan yang menguatkan kembali perlunya penguasaan kaidah-kaidah bahasa dan kosa kata dalam pengajaran bahasa. Pelopornya adalah seorang pendidik dari Jerman Karl Ploetz, yang juga menyarankan pemilihan teks-teks tertentu  untuk diterjemahkan ke dan dari bahasa pertama. Metode, yang kemudian dikenal dengan “metode gramatika terjemah” ini, tersebar luas pemakaiannya di Eropa  barat pada awal abad 19.
Kemudian pada pertengahan abad 19 itu pula, muncul metode baru yang dipelopori oleh Francois Guin dari Perancis. Metode yang kemudian dikenal dengan “metode langsung” yaitu reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan terjemah, namun orang-orang telah lebih dahulu menggunakannya dalam mengajarkan bahasa asing. Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi (Nababan,1993: 15).[5][5] Metode  ini membawa siswa terjun langsung dan tenggelam dalam aktivitas bahasa asing yang dipelajarinya sejak detik pertama dalam ruang kelas, dengan bantuan gerakan, peragaan, dan gambar. Metode ini memberikan penekanan pada penggunaan bahasa  secara fungsional dan mengesampingkan hafalan kaidah-kaidah gramatika. Metode ini digunakan secara luas di benua Eropa, Amerika, Timur tengah, dan belahan dunia lainnya sampai perempat pertama abad 20.

5.      Abad Ke dua Puluh
Baru menjelang abad ke dua puluh buku-buku yang di tulis atas dasar metode langsung mulai mengikuti pola tertentu yaitu tetap berpegang teguh pada prinsip tidak menggunakan bahasa murid sama sekali, latihan-latihan lisan dapat tempat utama pada permulaan program pengajaran bahasa, baru kemudian di ikuti dengan kegiatan-kegiatan belajar yang berupa bacaan dan tulis menulis.
Pengajaran bahasa lisan dimulai dengan study tentang bunyi dengan di bantu notasi fonetik. Bunyi-bunyi ini disajikan dalam kalimat-kalimat. Untuk mengetahui arti kalimat-kalimat tersebut digunakan gambar-gambar dan definisi-definisi, kadang-kadang dengan peragaan dari guru. Struktur bahasa di asimilasikan melalui infrensi dan abstrak. Materi pelajaran membaca di tulis dengan gaya kontemporer dan sering kali mengenai kehidupan dan kebudayaan bangsa yang bahasanya di ajarkan.
Perkembangan mtodologi pengajaran bahasa pasca Metode Langsung yaitu sejak tahun 30-an berkembang sangat cepat, seiring dengan perkembangannya kajian-kajian dalam bidang linguistic dan psykologi. Dimulai dengan metode membaca yaitu memperoleh informasi ilmiah sebanyak-banyaknya dari teks-teks ilmiah. Salah satu kegiatan penting untuk memperoleh informasi itu adalah membaca, mulai dari membaca nyaring sampai pemahaman (tahun 30-an),[6][6] berturut-turut lahir pendekatan Aural-Oral dan Metode Audiolingual yaitu metode mendasarkan diri pada pendekatan structural dalam pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini menekankan penela’ahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan di pelajari dengan memulainya dari system bunyi (fonologi), kemudian system pembentukan kata (morfologi) dan system pembentukan kalimat (sintaksis), (tahun 50-an).[7][7] Pendekatan kognitif (tahun 60-an)  yaitu segala aktifitas manusia yang dilakukan dengan sadar bersumber pada otak dan digerakkan oleh kognitif yang meliputi segala aspek kegiatan, mulai dari menyadari adanya masalah, mengidentifikasikannya, merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi atau data, mengambil simpulan, mengevaluasi simpulan, sampai kepada strategi untuk mencapai tujuan.[8][8]  pendekatan komunikatif (tahun 70-an), pendekatan ini lahir akibat ketidak puasan para praktisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai oleh metode tatabahasa terjemahan yang hanya mengutamakan penguasaan kaidah tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk ahir yang diharapkan dari belajar bahasa.

Pendekatan komunikatif memiliki ciri sebagai berikut:
a)         Acuan berpijaknya adalah kebutuhan peserta didik dn fungsi bahasa;
b)         Tujuan belajar bahasa adalah membimbing peserta didik agar mampu berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya;
c)         Silabus pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa;
d)        Peranan tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui;
e)         Tujuan utama adalah komunikasi yang bertujuan;
f)          Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta didik dalam berkomunikasi diperluas;
g)         Kegiatan belajar harus didasarkan pada tehnik-teknik kreatif peserta didik sendiri, dan peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.[9][9]
             Dan beberapa pendekatan mutahir yang terus dikembangkan di negara-negara yang menjadi kiblat pengajaran bahasa seperti Amerika dan Inggris.

B.   METODE PENGAJARAN BAHASA
1.      Metode grammatika-terjemah(Grammar Translation method)
Metode ini berkembang pada ahir abad ke sembilan belas dan awal abad kedua puluh. Keterampilan bahasa yang dipelajari adalah keterampilan membaca dan menulis, sedangkan keterampilan menyimak dan berbicara tidak mendapat perhatian. Dalam metode ini guru tidak mengajar bahasa, tetapi ia banyak mengisi jam belajarnya untuk mengajar bahasa. Pengetahuan tentang kaedah-kaedah bahasa lebih penting dari kemahiran untuk melakukannya. Kegiatan yang berupa latihan ucapan atau latihan menggunakan bahasa secara lisan sama sekali tidak ada. Salah satu keuntungan yang bisa dibanggakan ialah metode ini dapat digolongkan sebagai suatu mental disiplin. Metode ini cocok untuk kelas yang  besar dan tidak memerlukan seorang guru yang harus memiliki penguasaan bahasa asing secara aktif atau pendidikan husus untuk mengajarkan bahasa. Metode ini memberi ilustrasi tentang kaidah bahasa, kata-kata yangh harus ditentukan paradigms yang hjarus dihapal dan latihan-latihan yang harus dihapalkan.
2.      Metode Langsung (Direct Method)
Metode ini disebut metode langsung karena selama pelajaran guru langsung menggunakan bahasa asing yang diajarkan, sedangkan bahasa murid tidak boleh digunakan. Orientasi metode ini adalah penggunaan bahasa di masyarakat. Penggunaannya di kelas harus seperti penutur asli. Peserta didik diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung. Dalam proses pembelajaran bahasa kedua, bahasa itu dipelajari melalui asosiasi langsung antara kata atau frase dengan benda dan perbuatan tanpa bantuan atau intervensi bahasa pertama. Pembelajar harus dapat menguasai kegiatan menyimak bahasa tersebut melalui latihan sesering mungkin.
3.      Metode Membaca
Metode ini bertujuan untuk agar peserta didik mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar. Mereka harus mampu memahami teks yang mereka baca dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan teks-teks tersebut.
4.      Metode Audio-Lingual
Metode ini mengutamakan pengulangan. Cara ini dilakukan untuk efisiensi waktu dalam belajar bahasa. Dalam metode ini pembelajaran bahasa difokuskan pada lafal kata dan pelatihan pola-pola kalimat berulang-ulang secara intensif. Metode Audio-Lingual adalah hasil perpaduan antara linguistik struktural dengan psikologi behavioristik yang memandang proses pembelajaran dari sudut conditioning.
Pembelajar mempelajari bahasa melalui teknik stimulus respon(S.R.) pembelajar berlatih berbicara tanpa memperhatikan bagaimana bahasa itu dipadukan. Mereka merespon secara spontan tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan jawaban. Perolehan bahasa kedua dilakukan melalui proses yang sama dengan perolehan bahasa pertama, yaitu melalui urutan yang alami: menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
5.      Metode Reseptif dan Produktif
Metode reseptif mengarah pada proses penerimaan isi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat. Metode tersebut sangat cocok dan produktif diterapkan kepada peserta didik yang dianggap telah cukup banyak menguasai kosa kata, prasa, maupun kalimat.
6.      Metode Komunikatif
Program pembelajaran komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan di organisasikan kedalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dikhususkan ke dalam tujuan-tujuan operasional yang merupakan produk akhir.
7.      Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
8.      Metode Tematik
Metode tematik semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan kedalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Metode tematik sering digunakan pada pengajaran berbicara dan menulis dengan mengangkat tema budaya yang relevan dengan usia peserta didik.


9.      Metode Kuantum
Metode Kuantum merupakan metode yang bertumpu pada metode freire dan lozonov. Metode ini mengutamakan percepatan belajar dengan cara keikutsertaan peserta didik dalam melihat potensi diri dalam memenuhi kondisi penguasaan diri.

10.  Metode Konstuktivis
Dalam metode konstruktivis peserta didk diberi tugas-tugas yang komplek, sulit, namun realistis. Kemudian mereka diberi bantuan atau bimbingan secukupnya untuk menyelesaikan tugas. Tugas komplek itu misalnya, berupa proyek, simulasi, penyelidikan dimasyarakat dan lain-lain.

11.  Metode Partisipatori
Metode ini menekankan keterlibatan atau keikutsertaan peserta didik secara penuh.

12.  Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu pengajar menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata serta pembelajaran yang memotivasi peserta didk agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga di masyarakat.

13.  Metode Pembelajaran Bahasa Komunitas
Dalam kegiatan pembelajaran dengan metode ini pengajar menyapa peserta didik, memperkenalkan diri, kemudian meminta pembelajar memperkenalkan diri. Prinsip pembelajarannya adalah membina hubungan antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pembelajar.

14.  Metode Respons Fisik Total
Dalam metode ini para pengajar harus dapat berperan sebagai pengarah semua tingkah laku peserta didik. Peserta didik tidak boleh dipaksa untuk mengungkapkan sesuatu apabila mereka bellum siap. Fase pembelajaran dengan metode respons fisik total seperti : 1. Pengajar memberi perintah kepada beberapa peserta didik, kemudian memperagakan secara bersama-sama. 2. Pesrta didik mendemonstrasikan perintah tanpa pembelajar. 3. Peserta didik belajar membaca dan menulis perintah. 4. Peserta didik belajar memberikan perintah.

15.  Metode Cara Diam
Metode ini mengharuskan pembelajar memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam diri mereka: srtuktur kognitif, pengalaman, emosi, wawasan atau latar belakang pengetahuan. Metode ini dilakukan dengan cara pengajar tidak banyak berbicara atau diam. Setelah memberikan beberapa petunjuk yang diperlukan pengajar lebih banyak diam dan para peserta didik bekerja.
16.  Metode Sugestopedia

Dalam metode ini diasumsikan bahwa relaksasi merupakan unek-unek yang tepat untuk digunakan. Suasana yang dapat memberi sugesti, seperti alunan musik yang terdengar sayup-sayup, dekorasi ruangan yang menarik, tempat duduk yang menyenangkan, sangat berperan penting. Contohnya rancangan proses pembelajaran : dikelas di tempelkan poster-poster, diantara poster-poster tersebut terdapat informasi gramatikal.



17.  Metode Elektic
Di prancis metode ini dikenal sebagai “methode aktive” rasanya tidak berlebihan kalau elektic methode diterjemahkan kedalam bahasa indonesia sebagai metode gado-gado karena metode ini merupakan campuran dari unsur-unsur yang terdapat dalam direc methode dan grammar translation methode. Metode ini di ajarkan secara urut sebagai berikut: bercakap-cakap, menulis, memahami atau konfrehension, dan membaca. Kegiatan belajar kelas lain berupa latihan lisan atau oral praktik, membaca keras atau reading aloud dan tanya jawab. Juga latihan menterjemah, pelajaran gramatikal secara deduktif, dan digunakan juga alat-alat praga/audio visual aits.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR PENGURUS OSIS SMA YA BAKII KESUGIHAN CILACAP

  SUSUNAN KEPENGURUSAN OSIS SMA YA BAKII 1 KESUGIHAN PERIODE 2023-2024     A.     Kepala Sekolah                                 ...