A. Hakikat
Pembelajaran Puisi
1. Pengertian Pembelajaran
Gagne dalam
Dimyati mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil
belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari proses pembelajaran. Pada akhir dari sebuah
proses pembelajaran, siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi
guru, tindak hasil mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar (Dimyati, 2002 : 3).
Guru sebagai
bagian utama dalam pembelajaran berlaku sebagai pendidik dan pengajar dapat :
a.
Merekayasa pembelajaran yang
dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
b.
Menyusun desain intruksional untuk
membelajarkan siswa.
c.
Menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar.
d.
Bertindak mengajar di kelas dengan
maksud membelajarkan siswa. Dalam tindakan tersebut, guru menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar.
Siswa
sebagai pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Ia
mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju keutuhan dan
kemandirian. Siswa bertindak belajar, artinya mengalami proses dan meningkatkan
kemampuan mentalnya.
2. Pengertian Puisi
Karya sastra
secara umum dapat dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara
etimologis istilah puisis berasal dari bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan.
Sedangkan kata poet dalam tradisi
Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir
menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang
berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan,
guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.(http://abdurrosyid.wordpress.com).
Luxemberg (dalam
Sigit Mangun Wardoyo, 2013: 19) menyatakan bahwa puisi adalah ciptaan kreatif
sebuah karya seni. Sementara itu, pendapat lain manyatakan bahwa puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara
imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya, Waluyo ( dalam Sigit
Mangun Wardoyo, 2013: 19).
Adapun
Pradopo (dalam Sigit Mangun Wardoyo, 2013: 19) menyatakan bahwa puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi panca indra dalam suasana yang berirama. Puisi juga didefinisikan
sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan aspek bunyi-bunyi di
dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional dan intelektual
penyair yang ditimba dari pengalaman individual dan sosialnya, diungkapkan
dengan teknik pilihan tertentu sehingga mampu membangkitkan pengalaman tertentu
pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya (Sayuti, 2002:4). Puisi
bagi seorang yang sedang berlatih puisi menurut Kurniawan dan Sutardi (2011:27)
adalah apa yang ditulis dianggap sebagai puisi itu sendiri.
Puisi adalah
karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu keadaan atau peristiwa
yang diamati, dihayati, atau dialaminya. Cetusan ide yang berasal dari
peristiwa atau keadaan itu dikemas oleh seorang penyair kedalam bahasa yang
padat dan indah. Pembaca atau penikmatnya lalu merasakan sebagai sebuah karya
tulis yang mengandung keindahan dan pesan. Puisi dapat dinikmati melalui
membaca atau mendengarkan. (http://gozaimatsubayu.blogspot.com).
B. Hakikat Menulis Puisi
1. Pengertian Menulis
Menulis
menurut KBBI, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati
si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis dapat
diketahui banyak orang-orang melalui tulisan yang dituliskan (www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-menulis-dan-tujuan-menulis-html).
Henry Guntur
Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan
menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media
penyampaian.
2. Pengertian Menulis Puisi
Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang harus dilatihkan guru kepada siswa.
Mampu berbahasa berarti mampu memilih kata secara tepat untuk menuangkan
pikiran dan perasaan ke dalam lambing bahasa serta kata. Hal ini merupakan
modal utama seseorang ketika menulis. Sayangnya, menulis merupakan keterampilan
yang paling sulit dipelajari siswa dan diajarkan guru sehingga tidak jarang
ditemukan dalam pembelajaran menulis, guru lebih banyak memberikan teori
menulis daripada praktik menulis (Alwasilah, 2001: 2).
3. Tujuan Menulis Puisi
Menulis
puisi selain memberikan kenikmatan seni, juga memperkaya kehidupan batin,
menghaluskan budi, bahkan juga sering membangkitkan semangat hidup yang
menyala, dan mempertinggi rasa ketuhnan dan keimanan (Pradopo, 2007: vi).
Dengan bahasa yang simbolis, konotatif, dan padat, semua gagasan, inspirasi,
pengetahuan serta hal lain dapat diungkapkan dengan singkat, padat, menarik,
serta bermanfaat bagi pembaca.
Tujuan
pembalajaran menulis puisi di sekolah agar siswa terampil menuangkan
pengetahuan, gagasan, pendapat, pesan, saran, pengalaman, peristiwa, serta
permasalahan lainnya yang disampaikan melalui puisi.
Kompetensi
dasar menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dan
menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsure persajakan merupakan kompetensi
dasar yang disampaikan di sekolah. Pengetahuan dan keterampilan bagaimana
menciptakan puisi yang kaya aakan pilihan kata yang sesuai, persajakan, serta
keindahan bahasa lainnya, harus mereka pahami sepenuhnya.
METODE
A. Pengertian Model Pembelajaran
Outdoor Learning
Outdoor
Learning dikenal juga dengan berbagai istilah lain seperti outdoor activities, outdoor study, pembelajaran lapangan atau pembelajaran
luar kelas.
Menuru Komarudin (dalam Husamah,
2013: 19) menyatakan, outdoor learning
merupakan aktifitas luar sekolah yang berisi kegiatan diluar kelas/sekolah dan
di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan
pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat petualangan, serta
pengembangan aspek pengetahuan yang relevan.
Menurut Hariyanti (dalam
Husamah, 2013: 20) menyatakan, proses pembelajaran luar kelas adalah proses
pembelajaran yang dapat membangun makna (input), kemudian prosesnya melalui
struktur kognitif sehgingga terkesan lama dalam ingatan atau memori (terjadi rekonstruksi).
Menurut Bartlet (dalam Husamah,
2013: 20) menyatakan, model pembelajaran pendidikan luar ruang adalah suatu
pembelajaran yang dilakukan di luar ruang atau luar kelas.
Menurut Husamah (2013: 20) menyatakan, pendidikan luar kelas diartikan
sebagai pendidikan yasng berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman
yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengikuti tantangan petualangan yang
menjadi dasar dari aktivitas luar kelas seperti hiking, mendaki gunung, camping,
dan lain-lain.
Dalam Metode Partisipatori, siswa aktif,
dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Keaktifan siswa berupa melakukan kegiatan
secara mandiri. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif
dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan
sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh motivasi, pandai berperan
sebagai mediator, dan kreatif (Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia,
2004: 41).
Jadi, outdoor learning adalah
suatu kegiatan di luar kelas yang menjadikan pembelajaran di luar kelas menarik
dan menyenangkan, dapat dilakukan dimanapun dengan menekankan pada proses
belajar berdasarkan fakta nyata, yang materi pembelajarannya secara langsung
dialami melalui kegiatan pembelajaran secara langsung dengan harapan siswa
dapat lebih membangun makna atau kesan dalam memori atau ingatannya.
B. Manfaat Model Pembelajaran Outdoor
Learning
Menurut Suyadi (dalam Husamah. 2013: 25), menyebutkan bahwa manfaat
pembelajaran outdoor antara lain:
1)
Pikiran lebih jernih
2)
Pembelajaran akan terasa
menyenangkan
3)
Pembelajaran lebih variatif
4)
Belajar lebih rekreatif
5)
Belajar lebih riil atau nyata
6)
Anak lebih mengenal pada dunia nyata
dan luas
7)
Tertanam image bahwa dunia sebagai kelas
8)
Wahana belajar akan lebih luas
9)
Kerja otak lebih rileks
C. Kelebihan Dan Kekurangan Metode
Outdoor Learning
1. Kelebihan Model Pembelajaran Outdoor
Learning
Menurut
Sudjana dan Rivai (dalam Husamah, 2013: 25)
menjelaskan, banyak kelebihan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari
lingkungan dalam proses belajar, antara lain:
1). Kegiatan
belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk berjam-jam, sehingga motivasi belajar siawa
akan lebih tinggi.
2). Hakekat belajar
akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang
sebenarnya atau bersifat alami.
3). Bahan-bahan yang
dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya akurat.
4). Kegiatan belajar
siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti mangamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau
mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.
5). Sumber belajar
lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti
lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.
6). Siswa dapat
memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya,
sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan membentuk
sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.
Menurut
Direktorat Tenaga Kependidikan (dalam Husamah, 2013: 26), proses pembelajaran
secara langsung dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa, artinya
pengalaman itu akan terhindar dari kesalahan persepsi dari pembelajaran
materi pelajaran tertentu.
Menurut
Purwanti (dalam Husamah, 2013: 27), nilai plus dari outdoor learning adalah sebagai berikut:
1)
Dapat merangsang keinginan siswa
untuk mengikuti materi pelajaran guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.
2)
Dapat digunakan sebagai media
alternatif guru dalam mengembangkan metode mengajar pelajaran bahasa Indonesia.
2. Kekurangan Model Pembelajaran
Outdoor Learning
Menurut
Sudjana dan Rivai (dalam Husamah, 2013: 31), beberapa kelemahan dan kekurangan
sering terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Outdoor Learning berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan
belajar, antara lain:
1). Kegiatan
belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa
ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar sehingga ada kesan main-main.
2). Ada
kesan guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu
yang cukup lama sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.
3).
Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas.
Banyak hal yang perlu dipikirkan
oleh guru. Salah satunya adalah belajar di luar ruangan akan menjadi daya tarik
tersendiri sehingga banyak orang yang dating untuk menyaksikan. Pusat perhatian
siswa akan langsung tertuju kemana-mana karena posisi belajar mereka di tempat
terbuka. Oleh karena itu, sebagai guru yang cerdas, diperlukan kiat-kiat
tertentu untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran Outdoor Learning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar