KONFLIK
DAN PENGEMBANGAN KONFLIK DALAM NOVEL
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menentukan jenis konflik dan tahapan
pengembangan konflik dalam novel.
Sudahkah kamu memahami unsur intrinsik yang telah
disampaikan sebelumnya, yaitu mengenai alur, latar, dan sudut pandang? Jika
sebelumnya kita berbicara beberapa unsur intrinsik dalam novel, kali ini kamu
akan sedikit mengingat materi sebelumnya, yaitu tentang alur, sebab pada
pembahasan kali ini kamu akan belajar tentang konflik dan pengembangannya yang
seluruhnya masih bagian dari alur cerita.
Setiap konflik
terdapat pada alur, tetapi tidak semua alur memiliki konflik. Sebuah cerita
akan terasa hambar jika memiliki alur tanpa konflik. Konflik merupakan gambaran
ketidakstabilan situasi yang lebih mengarah pada permasalahan darurat yang
nantinya akan memuncak pada klimaks permasalahan. Jika dianalogikan, konflik
seperti memasak air pada kompor. Awalnya dingin tetapi semakin didiamkan akan
semakin panas dan mendidih, bahkan bisa habis hingga gosong jik a kompor tidak
juga dipadamkan. Begitu pun dengan konflik. Permasalahan yang awalnya biasa
saja akan semakin kompleks jika dibiarkan. Oleh karena itu, setiap konflik
memiliki tahapan pengembangan yang harus dilewati agar cerita tersusun rapi dan
tidak monoton. Tahapan pengembangan konflik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pengenalan atau pengantar
Pada bagian ini,
cerita berisi pengenalan tokoh, waktu, tempat, dan gambaran permasalahan yang
biasanya disampaikan di awal cerita. Perhatikan contoh berikut ini!
Ibu kos dengan daster kebesarannya sibuk hilir-mudik
dengan aktivitas paginya: menyapu dan mengelap kaca jendela. Sapu injuk di
tangan kanan dan sehelai lap hinggap di bahunya. Suara berita di tevisi
disetelnya keras-keras.
“Punten Bu,” kataku ketika lewat ke kamar mandi.
“Mangga. Eh Lif, coba lihat tuh di pintu kamar kamu geura. Kayaknya kamu bakal kedatangan tamu. Atau bakal dapat keberuntungan, meureun.”
“Punten Bu,” kataku ketika lewat ke kamar mandi.
“Mangga. Eh Lif, coba lihat tuh di pintu kamar kamu geura. Kayaknya kamu bakal kedatangan tamu. Atau bakal dapat keberuntungan, meureun.”
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
2. Pemunculan konflik
Bagian ini
menampilkan cerita awal mula datangnya masalah. Perhatikan contoh berikut ini!
Selepas zuhur, ketika duduk-duduk di teras kos, aku
mendengar klakson motor melengking. Sesaat kemudian aku lihat kepala yang
berkacamata hitam dan berkumis tebal mondar-mandir di balik pagar. Lalu pintu
pagar diketuk keras. Ketika aku dekati, dia tampak melongok-longok ke dalam
rumah. Tampaklah seluruh badannya yang lebih menyeramkan dibanding kepalanya.
Berkaos ketat biru kelam dengan otot lengan dan dada yang menyembul-nyembul.
“Ini tempat tinggal Pak Alif Fikri?” tanya laki-laki itu ketika melihatku.
“Ini tempat tinggal Pak Alif Fikri?” tanya laki-laki itu ketika melihatku.
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
2. Pemunculan konflik
Bagian
ini menampilkan cerita awal mula datangnya masalah. Perhatikan contoh berikut
ini!
Selepas zuhur, ketika duduk-duduk di
teras kos, aku mendengar klakson motor melengking. Sesaat kemudian aku lihat
kepala yang berkacamata hitam dan berkumis tebal mondar-mandir di balik pagar.
Lalu pintu pagar diketuk keras. Ketika aku dekati, dia tampak melongok-longok
ke dalam rumah. Tampaklah seluruh badannya yang lebih menyeramkan dibanding
kepalanya. Berkaos ketat biru kelam dengan otot lengan dan dada yang
menyembul-nyembul.
“Ini tempat tinggal Pak Alif Fikri?” tanya laki-laki itu ketika melihatku.
“Ini tempat tinggal Pak Alif Fikri?” tanya laki-laki itu ketika melihatku.
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
3. Klimaks atau puncak masalah
Bagian
ini mendeskripsikan ketegangan yang berlangsung sebagai puncak permasalahan.
Dengan kata lain, masalah sedang sangat parah dan panas-panasnya. Perhatikan
contoh berikut ini!
“Maaf, ada keperluan apa Pak?”
“Orangnya mana? Jangan banyak tanya. Dia ada urusan penting dengan kantor saya!” serunya dengan suara lantang. Mentang-mentang berbadan kekar, gaya bicara dan bahasa tubuhnya mengancam. Aku mencoba mengimbangi keadaan dengan waspada.
“Loh yang namu kan Bapak. Saya hanya tanya, ada urusan apa? Lalu dari kantor apa?” balasku sengit.
“Saya dari kantor kartu kredit! Kami akan menagih utangnya yang belum lunas. Kamu siapanya?”salaknya membalas tidak kalah keras.
...........................................................................................
“Ayo panggil orangnya sekarang!” suaranya makin tinggi. Lengannya tanpa segan sudah terjulur ke dalam pagar. Intimidasi fisik tampaknya sudah dimulai.
“Orangnya mana? Jangan banyak tanya. Dia ada urusan penting dengan kantor saya!” serunya dengan suara lantang. Mentang-mentang berbadan kekar, gaya bicara dan bahasa tubuhnya mengancam. Aku mencoba mengimbangi keadaan dengan waspada.
“Loh yang namu kan Bapak. Saya hanya tanya, ada urusan apa? Lalu dari kantor apa?” balasku sengit.
“Saya dari kantor kartu kredit! Kami akan menagih utangnya yang belum lunas. Kamu siapanya?”salaknya membalas tidak kalah keras.
...........................................................................................
“Ayo panggil orangnya sekarang!” suaranya makin tinggi. Lengannya tanpa segan sudah terjulur ke dalam pagar. Intimidasi fisik tampaknya sudah dimulai.
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
4. Antiklimaks
Bagian
ini menggambarkan situasi akibat masalah perlahan-lahan menuju ketenangan dan
ketegangan berangsur-angsur menurun. Sudah tidak ada kecemasan pada diri tokoh,
seperti
Sosok berwajah belang dan si Kepala Botak itu baru pergi setelah aku berjanji akan mulai mencicil lagi. “Awas, kami akan ke sini kalau bermasalah lagi!” ancam si Botak sambil menunjuk-nunjuk mukaku.
Sosok berwajah belang dan si Kepala Botak itu baru pergi setelah aku berjanji akan mulai mencicil lagi. “Awas, kami akan ke sini kalau bermasalah lagi!” ancam si Botak sambil menunjuk-nunjuk mukaku.
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
5. Resolusi
Bagian
ini mendeskripsikan bahwa masalah sudah benar-benar reda dan tuntas sehingga
tokoh sudah merasa tidak bermasalah lagi. Perhatikan contoh berikut ini!
“Aku cuma mengangguk-ngangguk seperti
burung beo. Dia menjulurkan tangannya menyalamiku. “Semoga harga kertas segera
stabil Lif, jadi kami bisa memuat tulisan bermutu dari kamu lagi.”
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
Konflik
tersebut tentu saja disebabkan oleh para tokoh yang ada dalam cerita, baik
antara tokoh dengan tokoh lainnya maupun antara tokoh dengan kondisi
sekelilingnya, terutama dengan alam. Dari penyebab-penyebab di atas, konflik
terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Konflik internal
Konflik
internal disebabkan oleh adanya perseteruan antara tokoh dengan dirinya
sendiri. Perseteruan itu terjadi karena pertempuran batin atau ide terhadap
suatu permasalahan pada diri tokoh itu sendiri. Konflik internal disebut juga
dengan konflik batin. Perhatikan contoh berikut ini!
Kini akulah laki-laki satu-satunya di
keluarga kecil kami. Akulah yang harus membela Amak dan adik-adik. Tapi
bagaimana caranya? Kalau ingin menggantikan peran Ayah mencari nafkah, aku
mungkin harus berhenti kuliah dan bekerja. Tapi bagaimana dengan impianku untuk
kuliah? Untuk merantau keluar negeri? Aku memijit-mijit keningku yang kini
berkulit kusut. Pesan terakhir Ayah terus bersipongang di lubuk hatiku: “Alif,
bela adik-adik dan amakmu. Rajinlah sekolah.” Ya Allah, berilah aku kemudahan
untuk menjalankan amanat ini.
(Ranah 3 Warna, A. Fuadi)
2. Konflik eksternal
Konflik
eksternal muncul karena adanya perseteruan antara tokoh dengan sesuatu yang ada
di sekitarnya, baik dengan tokoh lain maupun dengan alam. Oleh karena itu,
konflik eksternal terbagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
- Konflik fisik yang disebabkan
benturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Perhatikan contoh berikut
ini!
Aku rapatkan jaket melawan angin dingin
musim gugur dan duduk di kursi kayu di tengah Kogan Plaza. Aku kunyah pretzel
keras dan asin ini. Mulutku mengeluarkan asap seperti naga setiap kali
menganga.
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
- Konflik sosial yang disebabkan
pertentangan antartokoh dalam cerita. Perhatikan contoh berikut ini!
Tiba-tiba, Beni mencoba nampar Nandan. Nandan
mengelak. Tapi oleh karena justru itu malah membuat Beni makin jadi emosi.
Beni merangsek dan lalu berusaha mukul Nandan. Saribin berusaha mencegahnya. Aku teriak ke Beni berusaha agar bisa kuhentikan.
Beni merangsek dan lalu berusaha mukul Nandan. Saribin berusaha mencegahnya. Aku teriak ke Beni berusaha agar bisa kuhentikan.
(Dilan, Pidi Baiq)
SUDUT
PANDANG DALAM NOVEL
Tujuan
Pembelajaran
Siswa mampu menentukan sudut pandang
pada cuplikan novel.
Sudahkah kamu memahami cara
mengidentifikasi latar dan alur dalam novel sebagaimana yang telah kamu
pelajari pada pembahasan sebelumnya? Sekarang, kamu akan berlanjut pada
pembahasan mengenai unsur intrinsik novel berikutnya, yaitu sudut pandang.
Sudut
pandang atau point of view adalah cara pengarang menempatkan
posisinya dalam karyanya dengan menggunakan teknik tertentu untuk menyampaikan
cerita. Teknik tersebut bisa dengan menjadikan dirinya secara langsung sebagai
narator atau dengan menjadikan pihak lain sebagai narator. Dengan kata lain,
sudut pandang adalah mencari tahu siapa yang bercerita dalam novel. Sudut
pandang memiliki beberapa jenis sebagai berikut.
1. Sudut pandang orang pertama pelaku
utama
Pada
bagian ini, pengarang menjadikan tokoh dalam novel sebagai narator. Tokoh yang
dijadikan narator biasanya adalah aku yang merupakan salah
satu tokoh yang mengisahkan dirinya, tindakan, serta peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Sudut pandang ini membuat pembaca hanya mengetahui segala hal yang
dialami si aku sebab si akulah yang menjadi narator sekaligus pusat cerita.
Perhatikan contoh berikut!
Aku rapatkan jaket melawan angin dingin
musim gugur dan duduk di kursi kayu di tengah Kogan Plaza. Aku kunyah pretzel
keras dan asin ini. Mulutku mengeluarkan asap seperti naga setiap kali
menganga.
(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)
2. Sudut pandang orang pertama pelaku
sampingan
Sudut
pandang ini hampir sama dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Namun,
pada bagian ini, si aku tidak sepenuhnya mengisahkan dirinya. Si aku lebih
banyak menceritakan tokoh lain dengan segala hal yang berkaitan dengan tokoh
tersebut. Dengan kata lain, si aku pada sudut pandang ini hanyalah sebagai
narator bagi tokoh di sekelilingnya. Cermati contoh berikut!
Si Jhony Chan itu juga semakin
menyebalkan. Dia beberapa kali terang-terangan mengajakku jalan bareng. Belum
lagi komplotan wajah-wajah Melayu lain yang sok dewasa. Termasuk Adi temanku
asal Jakarta (penerima ASEAN ssholarship juga) mulai pendekatan.
(Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin, Tere Liye)
3. Sudut pandang orang pertama jamak
Ciri dari sudut
pandang ini adalah pihak yang menjadi narator bukanlah aku melainkan kami.
Si kami mengisahkan apa yang aku dan kawan-kawannya atau tokoh lain di
sekitarnya lakukan dan alami. Perhatikan contoh berikut ini!
Lucu sekali melihat penampilan kami
malam itu. Pakaian yang robek dan kumuh, rambut dekil dan kotor, badan hitam
yang bau, memakai sepatu mahal dan kaus kaki putih.
(Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin, Tere Liye)
**4. Sudut pandang orang ketiga
serbatahu
Pada
jenis ini, narator dalam cerita adalah pengarang dengan menyebutkan nama tokoh
dalam cerita secara langsung. Pengarang mendeskripsikan beberapa tokoh secara
bebas dengan peristiwa yang mereka alami serta dengan menggambarkan keadaan
lingkungan yang berada di sekitar para tokoh, contonya:
Malam itu, Noni dan Eko terpaksa
menggantungkan nasib perut mereka pada Mas-Mas pengantar pizza. Wanda dan
Keenan mengobrol soal dunia lukisan dengan asyiknya hingga tak menggubris
desakan Noni dan Eko untuk makan malam di luar.
(Perahu Kertas, Dewi Lestari)
5. Sudut pandang orang ketiga terbatas
Pada
jenis ini, pengarang mengisahkan tokoh lain secara terbatas; hanya satu atau
dua tokoh dan tidak dapat leluasa menceritakan tokoh-tokoh lainnya, seperti:
Keenan memejamkan matanya sejak sepuluh
menit pertama kereta api itu bertolak dari Stasiun Bandung. Ia terbangun oleh
karena haus yang menggigit dan hening yang dirasakan terlalu lama dari
seharusnya. Saat matanya membuka, kereta itu memang sedang berhenti di sebuah
stasiun kecil. Dan Kugy tidak ada di sebelahnya.
(Perahu Kertas, Dewi Lestari)
6. Sudut pandang orang ketiga jamak
Pada
bagian ini, pengarang sebagai narator menceritakan tokoh dengan menggunakan
kata ganti mereka. Berikut ini adalah contohnya.
Angkutan kota Colt L-300 yang sudah tua
dan kepayahan nanjak itu hanya mengantarkan mereka bertiga sampai di mulut
sebuah jalan setapak. Matahari pagi terasa hangat menyentuh kulit muka setelah
sekian lama mereka terperangkap dalam mobil.
(Perahu Kertas, Dewi Lestari)
Dari
jenis sudut pandang tersebut, terdapat kelebihan dan kelemahan pada setiap
sudut pandang. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan ketika menggunakan
sudut pandang di atas.
1. Sudut pandang orang pertama
a. Kelebihan
- Bebas menggunakan jenis dan
gaya bahasa karena narator adalah aku yang secara tidak
langsung tidak terikat kebakuan bahasa.
- Sudut pandang aku biasanya
memiliki peran sebagai tokoh protagonis.
- Gaya tulisan lebih ringan;
tidak terlalu formal.
b. Kekurangan
Karena narator adalah aku,
setiap konflik yang berhubungan dengannya akan mudah ditebak, yaitu pasti akan
selamat, sebab tidak mungkin aku menceritakan dirinya mati
dalam sebuah konflik atau peristiwa.
2. Sudut pandang orang ketiga
a. Kelebihan
- Sangat disarankan bagi penulis
pemula menggunakan sudut pandang ini agar narasi tidak mudah ditebak
sehingga pembaca akan merasa penasaran.
- Narator bisa memiliki peran
sebagai protagonis, antagonis, atau tritagonis.
b. Kekurangan
Dengan menggunakan narator berupa nama
tokoh, gaya bahasa dan gaya penulisan seolah memiliki tekanan ke arah kebakuan
dan keformalan.
ALUR
DAN LATAR DALAM NOVEL
Tujuan
Pembelajaran
Siswa mampu mengidentifikasi alur dan
latar pada novel.
Kamu tentu pernah membaca novel, bukan?
Sebagaimana kita ketahui bahwa novel adalah salah satu karya sastra berbentuk
prosa yang ceritanya lebih panjang dari cerpen sehingga ketika membaca novel
tidak dapat dilakukan dengan “sekali duduk”.
Setiap
karya sastra pastilah memiliki unsur pembentuk dari dalam karya itu sendiri
yang biasa kita sebut unsur intrinsik, begitu pula dengan novel yang memiliki
unsur intrinsik yang terdiri atas unsur-unsur berikut ini.
- Alur
- Latar
- Sudut pandang
- Tokoh
- Penokohan
- Tema
- Amanat
Semua unsur itu tentunya telah kamu
pelajari sebelumnya. Akan tetapi, untuk mengingat kembali, kali ini kita akan
membahas dua di antara unsur intrinsik tersebut, yaitu alur dan latar.
#Alur
Kamu
pasti sudah mengetahui bahwa alur adalah jalan cerita yang berisi urutan
rangkaian peristiwa dan mengandung unsur sebab akibat. Alur yang baik haruslah
berisi konflik yang tersusun apik. Sementara itu, konflik dibuat agar cerita
lebih hidup dan tidak monoton.
Alur
harus dibuat semenarik mungkin, sebab pada unsur itu semua tokoh dalam novel
dihidupkan untuk melakukan aksi yang dapat membuat pembaca ikut merasakan apa
yang dirasakan tokoh dalam novel.
Alur terdiri atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
Alur terdiri atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Alur maju
Alur
maju berisi kisah tokoh yang menceritakan urutan peristiwa dari masa kini
hingga masa depan. Jika dianalogikan, bentuk alur maju itu bagaikan
urutan a-b-c-d-e.
Contoh:
Ibu siuman, dan ia ingin bertemu denganku.
Menyedihkan melihat berbagai slang dan belalai peralatan dokter melilit kepala dan badan ibu. Dede hanya tertunduk diam, cahaya kemenangan tadi segera menghilang dari mata bulatnya. Aku mendekat menyentuh jemari tangan Ibu yang tinggal tulang.
Menyedihkan melihat berbagai slang dan belalai peralatan dokter melilit kepala dan badan ibu. Dede hanya tertunduk diam, cahaya kemenangan tadi segera menghilang dari mata bulatnya. Aku mendekat menyentuh jemari tangan Ibu yang tinggal tulang.
(Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye)
2. Alur mundur
Alur
mundur atau flashback adalah rangkaian peristiwa yang diceritakan dengan urutan
kisah masa kini kemudian mengisahkan masa lalu. Jika dianalogikan, bentuk alur
mundur adalah e-d-c-b-a
Contoh:
Sebenarnya dua bulan sebelum ibu meninggal, aku
mengurus berkas beasiswa ASEAN scholarship. Beasiswa yang memberikan kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan junior high school atau SMP di Singapura.
Itu semua dalah ide dia. Aku menurut saja. Ibu waktu itu yang masih sehat hanya mengangguk, meskipun berkata pelan sambil tersenyum, “Nak Danar, rasanya ibu sulit membayangkan Tania bisa bersekolah di sana. Di luar negeri. Bersekolah saja sudah syukur.”
Itu semua dalah ide dia. Aku menurut saja. Ibu waktu itu yang masih sehat hanya mengangguk, meskipun berkata pelan sambil tersenyum, “Nak Danar, rasanya ibu sulit membayangkan Tania bisa bersekolah di sana. Di luar negeri. Bersekolah saja sudah syukur.”
(Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye)
3. Alur campuran
Alur
campuran merupakan rangkaian peristiwa dengan urutan masa kini, masa lalu, masa
kini, dan masa depan. Jika dianalogikan, bentuknya adalah c-a-b-d-e.
Contoh:
Kami berhadap-hadapan dua langkah. Aku menunduk menatap
akar pohon. Dia menatapku lamat-lamat (aku tak sanggup bersitatap lama
dengannya, pandangan mata itu membuat kakiku lemah, dulu lemah, sekarang
lemah).
“bukankah gadis kecil dalam novel itu aku? Bukankah itu Tania.... Tania yang rambutnya berkepang dua. Tania yang tersenyum riang di antara sela-sela daun pohon linden yang menjuntai. Tania yang....” Suaraku mendesis bergetar, hilang di ujung kalimat.
Ibu, izinkanlah aku menangis.
Tiga tahun silam aku teramat gentar mengirimkan e-mail itu kepadanya. E-mail pengakuan. Tiga tahunsilam aku takut mendengar kalau jawabannya adalah tidak. Bukankah dia memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna? Perasaan hatinya sudah terang benderang seperti purnama di angkasa.
Dia tidak pernah mencintaiku.
Itulah kesimpulan yang kupaksakan. Kesimpulan yang membuat luntur wajah menyenangkanku. Kesimpulan yang mengubah perangaiku. Mengubah semuanya. Tetapi malam ini aku justru mengatakan kalimat itu. Dengan sebuah pertanyaan iya dan tidak. Aku tak mengerti secepat ini pembicaraan menuju jantung permasalahan. Aku tidak mengerti. Perasaanku sudah tak tahan lagi. Pertanyaan itu meluncur saja tanpa bisa kucegah.
Aku terisak.
“bukankah gadis kecil dalam novel itu aku? Bukankah itu Tania.... Tania yang rambutnya berkepang dua. Tania yang tersenyum riang di antara sela-sela daun pohon linden yang menjuntai. Tania yang....” Suaraku mendesis bergetar, hilang di ujung kalimat.
Ibu, izinkanlah aku menangis.
Tiga tahun silam aku teramat gentar mengirimkan e-mail itu kepadanya. E-mail pengakuan. Tiga tahunsilam aku takut mendengar kalau jawabannya adalah tidak. Bukankah dia memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna? Perasaan hatinya sudah terang benderang seperti purnama di angkasa.
Dia tidak pernah mencintaiku.
Itulah kesimpulan yang kupaksakan. Kesimpulan yang membuat luntur wajah menyenangkanku. Kesimpulan yang mengubah perangaiku. Mengubah semuanya. Tetapi malam ini aku justru mengatakan kalimat itu. Dengan sebuah pertanyaan iya dan tidak. Aku tak mengerti secepat ini pembicaraan menuju jantung permasalahan. Aku tidak mengerti. Perasaanku sudah tak tahan lagi. Pertanyaan itu meluncur saja tanpa bisa kucegah.
Aku terisak.
(Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye)
Alur
yang merupakan rangkaian peristiwa akan lebih mengena jika disertai penggunaan
latar yang tepat. Semntara itu, latar atau setting adalah
bagian yang menunjukkan kapan, di mana, dan bagaimana peristiwa itu
berlangsung. Dengan demikian, latar pun dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
sebagai berikut.
1. Latar waktu
sebagai jawaban dari pertanyaan “Kapan?”, yaitu segala sesuatu dalam novel yang
berkaitan dengan kronologis peristiwa berupa waktu kejadian.
Contoh:
Malam itu, setelah
Maghrib, seperti biasa Kak Sofyan membacakan
aneka rupa pengumuman. Cuma malam ini dia tampil lebih semangat. Ketika dia
mengabarkan bahwa semifinal Piala Thomas bisa disaksikan di aula pada Jumat
sore, kontan masjid seperti dipenuhi jutaan lebah, berdengung heboh menyambut
kabar gembira ini.
(Negeri
5 Menara karya A. Fuadi)
2. Latar tempat
sebagai jawaban dari pertanyaan “Di mana?”, yaitu segala sesuatu yang berkaitan
dengan tempat kejadian.
Contoh:
“Alah, lagu lama! Saya tidak punya waktu menjawab
urusan itu!”
“Sambil jalan gimana Jendral?” tawarku.
“Kamu lihat saya sudah di mobil. Ini sudah mau berangkat! ” sergahnya sambil menaikkan lagi kaca hitam.
“Kalau begitu wawancara di mobil saja.”
Kaca sudah setengah tertutup. Matanya membelalak besar. Mungkin aku dianggap anak gila. Lenyap harapanku. Kalah telak aku dengan tantangan Mas Malaka.
“Sambil jalan gimana Jendral?” tawarku.
“Kamu lihat saya sudah di mobil. Ini sudah mau berangkat! ” sergahnya sambil menaikkan lagi kaca hitam.
“Kalau begitu wawancara di mobil saja.”
Kaca sudah setengah tertutup. Matanya membelalak besar. Mungkin aku dianggap anak gila. Lenyap harapanku. Kalah telak aku dengan tantangan Mas Malaka.
(Rantau
1 Muara karya A. Fuadi)
Peristiwa tersebut terjadi di tempat
parkir mobil sebab saat itu para tokoh masih berdiskusi untuk melakukan
wawancara sementara salah satu tokoh sudah berada dalam mobil dan akan
berangkat.
3. Latar suasana
sebagai jawaban dari pertanyaan “Bagaimana?” merupakan bagian pada novel yang
memaparkan suasana atau keadaan yang terjadi ketika peristiwa berlangsung.
Contoh:
Badan dan hatiku terasa enteng, serasa
melayang menyentuh langit-langit. Semua mata di ujung komputer memandang ke
arahku dengan heran mendengar aku terpekik senang.
(Rantau
1 Muara karya A. Fuadi)
Poin Penting
Novel
adalah salah satu karya sastra berbentuk prosa yang ceritanya lebih panjang
dari cerpen sehingga ketika membaca novel tidak dapat dilakukan dengan “sekali
duduk”. Unsur intrinsik novel terdiri atas bagian-bagian berikut ini.
- Alur
- Latar
- Sudut pandang
- Tokoh
- Penokohan
- Tema
- Amanat
Alur
adalah jalan cerita yang berisi urutan rangkaian peristiwa dan mengandung unsur
sebab akibat. Alur terdiri atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
- Alur maju yang berisi kisah
tokoh yang menceritakan urutan peristiwa dari masa kini hingga masa depan.
Jika dianalogikan, bentuk alur maju itu bagaikan urutan a-b-c-d-e.
- Alur mundur atau flashback adalah
rangkaian peristiwa yang diceritakan dengan urutan kisah masa kini
kemudian mengisahkan masa lalu. Jika dianalogikan, bentuk alur mundur
adalah e-d-c-b-a.
- Alur campuran merupakan
rangkaian peristiwa dengan urutan masa kini, masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Jika dianalogikan, bentuknya adalah c-a-b-d-e.
Latar
atau setting adalah bagian yang menunjukkan kapan, di mana,
dan bagaimana peristiwa itu berlangsung. Latar dibagi menjadi tiga jenis
berikut ini.
- Latar waktu sebagai jawaban
dari pertanyaan “Kapan?”, yaitu segala sesuatu dalam novel yang berkaitan
dengan kronologis peristiwa berupa waktu kejadian.
- Latar tempat sebagai jawaban
dari pertanyaan “Di mana?”, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan
tempat kejadian.
- Latar suasana sebagai jawaban
dari pertanyaan “Bagaimana?” merupakan bagian pada novel yang memaparkan
suasana atau keadaan yang terjadi ketika peristiwa berlangsung.
WATAK
DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL
Tujuan
Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan
unsur-unsur intrinsik dalam penggalan novel yang dibacakan teman.
- Siswa dapat menjelaskan unsur
watak dan penokohan dalam penggalan novel yang dibacakan teman.
Suatu kali, Jean-Jacques Rousseau,
seorang pemikir asal Perancis, pernah berujar, “Pada umur enam belas tahun,
seorang remaja sudah tahu apa itu penderitaan, karena itu sudah mengalaminya.
Hanya saja, ia hampir tidak tahu kalau orang-orang lain juga menderita.” Apa
sebenarnya yang hendak disampaikan sarjana kenamaan tersebut kepada kita? Ya,
memahami karakter orang lain itu ternyata sulit. Lebih dari itu memahami watak
dan karakter diri sendiri itu lebih sulit lagi.
Seorang
penulis berkhayal tentang seseorang yang memiliki watak sempurna dan ia
gambarkan dalam karya fiksinya. Hal tersebut bukan semata-mata menggambarkan
tokoh ciptaannya sempurna. Ia begitu agar dapat lebih memahami diri sendiri
ketika bercermin kepada watak dan karakter tokoh ciptaannya.
Agar
kita dapat meresapi karya sastra, kita dilatih menganalisis. Salah satu
analisis yang telah lama dilakukan adalah analisis struktural karya sastra yang
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan hubungan
antarunsur intrinsik cerita yang bersangkutan.
WATAK DAN PENOKOHAN
Penokohan
adalah salah satu unsur intrinsik yang cukup sering dianalisis. Kata penokohan
sendiri, di dalamnya mencakup kata tokoh. Perbedaannya, kata tokoh berkaitan
dengan suatu cerita, sedangkan penokohan berkaitan dengan sifat, watak, atau
sifat dari pelaku cerita.
Tokoh
mengacu pada pertanyaan siapa dan berapa, seperti kalimat tanya “Siapa tokoh
utama dalam cerpen itu?” atau kalimat tanya “Berapa jumlah pelaku dalam cerpen
itu?” Penokohan lebih dari itu. Penokohan mengacu pada “Bagaimana seorang
penulis menggambarkan watak seorang tokoh dalam cerpen itu?”
Agar
lebih mudah memahami penokohan, watak-watak tokoh dapat dikenali melalui
hal-hal berikut ini.
- apa yang diperbuatnya,
- ucapan-ucapannya,
- penggambaran fisik tokoh,
- ucapan tokoh lain,
- pikiran-pikirannya, dan
- melalui penggambaran langsung
dalam cerita.
Beberapa
penulis kawakan, mengawali ide cerita dengan teknik memperkuat karakter tokoh
yang dibuat. Ide tersebut bisa diciptakan dari sebuah penciptaan tokoh yang
unik. Sebagai contoh, seorang kakek yang sudah berusia lebih dari 100 tahun
yang kesepian. Dari satu tokoh unik ini dapat menurunkan berbagai macam ide
cerita, bergantung khayalan pengarang.
Lajos
Egri mengatakan, tokoh ceritalah yang menentukan segala-galanya dalam cerita
itu. pengarang tidak perlu pegang kemudi, biarkan saja tokoh ceritanya hidup
dan bergerak sendiri menurut wataknya masing-masing. Untuk itu, siswa harus
berlatih mengenal manusia dan bersimpati kepada nasib manusia. Dari mana
memulainya? Ya dari memahami karakter diri sendiri.
Perhatikan
Contoh
Coba kita analisis contoh penggalan
novel yang dibacakan dari audio berikut ini!
Pembahasan
Pada penggalan novel yang dibacakan barusan, kita dapat menganalisis unsur tokoh dan penokohannya. Nama tokoh yang dibacakan dalam novel 5cm karya Donny Dhirgantoro tersebut adalah Arial. Arial adalah orang yang secara fisik tampan dan sporty. Arial pembawaannya kalem dan banyak senyum. Cara pemaparan penokohan dalam novel tersebut adalah dengan penjelasan langsung oleh pengarang.
Pada penggalan novel yang dibacakan barusan, kita dapat menganalisis unsur tokoh dan penokohannya. Nama tokoh yang dibacakan dalam novel 5cm karya Donny Dhirgantoro tersebut adalah Arial. Arial adalah orang yang secara fisik tampan dan sporty. Arial pembawaannya kalem dan banyak senyum. Cara pemaparan penokohan dalam novel tersebut adalah dengan penjelasan langsung oleh pengarang.
Nah, sekarang kalian sudah bisa kan
menganalisis penokohan dalam novel yang dibacakan?
Poin Penting
Tokoh yang.perwatakannya lurus atau
tidak berubah dari awal cerita sampai cerita berakhir disebut flat
character.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar