Minggu, 21 Januari 2018

CERPEN

CERPEN
TEMA, LATAR, DAN ALUR DALAM CERPEN
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu memahami unsur-unsur intrinsik cerpen, khususnya tema, latar, dan alur.
Cerpen merupakan sebuah karangan pendek yang umumnya dalam waktu 10 sampai 20 menit selesai untuk dibaca. Cerpen mengandung penggalan cerita seseorang tentnag sebuah peristiwa, pertikaian, kejadian menyedihkan, atau menyenangkan. Panjang sebuah cerpen umumnya sekitar 17 halaman atau kurang, akan tetapi untuk ukuran cerpen yang jauh lebih panjang, akan menghabiskan waktu membaca sampai 1 jam atau 1 jam setengah.
Beberapa Unsur Instrinsik dalam Cerpen
      Seperti halnya jenis fiksi lain, cerpen juga memiliki unsur-unsur instrinsik di dalamnya. Beberapa unsur intrinsik cerpen di antaranya tema, latar, dan alur. Ketiga unsur intrinsik tersebut saling berhubungan dan membangun sebuah cerpen menjadi utuh. Unsur intrinsik lainnya seperti tokoh, penokohan, dan amanat juga memiliki peran yang sama pentingnya.
Tema
      Tema adalah sebuah gagasan dasar yang bersifat umum dan menjadi penopang dari sebuah cerpen. Tema dalam cerpen sifatnya mengikat baik untuk hadir tidaknya sebuah peristiwa, hadirnya konflik, dan untuk untuk seluruh unsur intrinsik lainnya yang terdapat dalam cerita.
Alur
      Alur cerita merupakan sebuah rangkaian dari peristiwa yang akan membentuk sebuah cerita. Alur berisi jalinan peristiwa yang pada akhirnya akan membuat sebuah cerita atau cerpen berjalan. Setiap penulis cerpen akan memiliki alur cerita untuk cerpennya secara berbeda-beda. Alur cerita sendiri bisa dibedakan menjadi beberapa macam, di antaranya sebagai berikut.
  • Alur maju, merupakan jenis alur yang memiliki peristiwa yang terjadi mulai dari kejadian awal sampai akhir. Alurnya berurut dan tidak ada cerita yang mengarah pada peristiwa masa lalu.
  • Alur mundur, merupakan jenis alur yang menceritakan kejadian atau peristiwa sebelumnya. Dalam alur mundur terkandung sejarah atau peristiwa yang pernah dialami tokoh secara perseorangan atau secara umum di masa lalu.
  • Alur campuran, merupakan jenis alur gabungan dari alur maju dan alur mundur. Dalam satu cerpen terdapat dua alur.
      Secara umum, alur memiliki beberapa tahapan. Tahapan-tahapan alur tersebut di antaranya sebagai berikut.
  • Tahap perkenalan. Tahapan ini menjadi awal terjadinya peristiwa yang menjadi penjelasan awal.
  • Tahap timbulnya konflik. Konflik bisa muncul dengan berbagai peristiwa, konflik sendiri bisa terjadi pada diri tokoh sendiri atau pertentangan antara tokoh utama dengan tokoh lainnya.
  • Tahap peningkatan konflik. Tahapan ini menunjukkan bahwa konflik sudha mulai semakin serius dan semakin rumit.
  • Tahap klimaks. Tahap ini merupakan puncak dari konflik yang terjadi.
  • Tahap antiklimaks. Tahapan ini menunjukkan konflik yang mulai mereda.
  • Tahap penyelesaian. Tahapan ini menjadi tahap penyelesaian konflik yang terjadi.
#Latar
      Latar merupakan penempatan tempat, waktu, dan lingkungan di sekitar tokoh dalam cerpen.
  • Latar tempat. Latar tempat ini merupakan tempat atau lokasi kejadian dari peristiwa atau cerita yang berlangsung dalam sebuah cerpen. Tempat yang diceritakan dalam cerpen bisa diungkapkan dengan detail atau hanya disebutkan dengan nama atau inisial saja.
  • Latar waktu. Latar waktu merupakan latar ketika atau kapan peristiwa dalam cerpen tersebut terjadi. Sudah jelas, latar ini berhubungan erat dengan waktu kejadain peristiwa dalam cerita.
  • Latar sosial. Latar sosial berhubungan erat dengan kondisi sosial lingkungan yang terdapat dalam cerita. Latar sosial bisa dilihat dari kondisi kehidupan keluarga atau si tokoh itu sendiri, adat istiadatnya, tradisinya, berbagai permasalahan di lingkungan, serta status sosial tokoh-tokohnya.
Poin Penting
  1. Cerpen merupakan salah satu fiksi yang memiliki jalan cerita yang pendek serta umumnya terjadi pada satu waktu tertentu.
  2. Unsur intrinsik cerpen seperti tema, latar, dan alur saling berhubungan dan berjalin membentuk sebuah cerita.
  3. Unsur-unsur intrinsik dalam cerpen tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

MENENTUKAN TOPIK CERPEN
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menentukan topik cerpen.

Apakah kamu senang membaca cerpen?
Cerpen biasanya dapat dibaca di majalah, koran, atau antologi cerpen. Sebagai suatu teks, cerpen memiliki karakteristik yang berbeda dari teks-teks lainnya, seperti teks berita, esai, atau artikel. Namun demikian, sebagaimana umumnya suatu teks, sebuah cerpen pasti memiliki suatu topik yang menjadi landasan utama isinya. Pada pembahasan ini, akan dijelaskan langkah-langkah menentukan topik suatu cerpen. Simak materi dan contoh berikut ini!
      Cerita pendek (cerpen) adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa. Cerpen memiliki isi cerita yang lebih pendek daripada novel atau roman. Panjangnya tidak lebih dari 10.000 kata sehingga muncul anggapan bahwa cerpen dapat habis dibaca dalam satu kali duduk. Cerpen memiliki alur tunggal, yaitu rangkaian peristiwa di dalamnya cenderung sederhana, tidak memiliki konflik yang banyak, serta konflik di dalamnya tidak menyebabkan perubahan nasib pada tokohnya.
      Sebagai suatu karya sastra, cerpen tentu memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu unsur pembangun cerpen dari dalam cerpen itu sendiri, seperti: tema, amanat, latar, alur, tokoh dan penokohan, serta sudut pandang. Di antara unsur-unsur tersebut, tema merupakan salah satu unsur pokok dalam cerpen. Tema ialah ide pokok yang menjadi dasar cerita suatu cerpen. Dasar cerita tersebut sering juga disebut dengan topik.
      Topik adalah gagasan yang dijadikan dasar cerita dalam sebuah cerpen. Menentukan topik suatu cerpen sama saja mencari tahu “tema-tema kecil” dari cerpen tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa topik merupakan bagian dari tema suatu cerpen. Suatu cerpen pasti memiliki sebuah tema atau topik besar yang menjadi gagasan utama. Namun demikian, bagian-bagian kecil dari cerpen bisa jadi terdiri atas beberapa topik kecil lainnya.
      Untuk dapat menentukan topik suatu cerpen, langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
  1. Membaca seluruh isi cerpen dengan saksama;
  2. Menandai setiap peristiwa dalam cerpen secara berurutan;
  3. Menentukan topik kecil dari setiap urutan peristiwa yang telah ditandai;
  4. Menentukan tema sebagai topik besar dari cerpen tersebut.
Perhatikan Contoh
Sebagai contoh, perhatikan penggalan cerpen berikut ini!
Bimbel Spesial Liburan
Oleh: Reza S. Nugraha
      Selamat datang kampung liburan!
      Radit begitu puas menginjakkan kakinya di kampung ini. Wajahnya kian sumringah tatkala Sam menyetop mobil pribadi yang disulap menjadi angkutan umum ini.
      “Ini dia dusunku,” ujar Sam sebelum melangkahkan kakinya.
      “Wah, hutan bener, ya... Tapi, swear belum apa-apa, udah berkesan banget, apalagi tadi sepanjang perjalanan!” tutur Radit yang masih masih mengeluarkan ekspresi takjub.
      Sam tak perlu tersinggung dengan ucapan Radit. Hutan. Memang benar ini hutan. Tapi inilah tanah kelahiran Sam. Sebuah pemukiman para transmigran di utara Bengkulu. Orangtua Sam asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Tiga puluh tahun lalu, Apa dan Emaknya meninggalkan tanah Pasundan demi melaksanakan program pemerintah kala itu, transmigrasi.
      Sam sendiri lahir dan besar di Bengkulu. Selepas menyelesaikan SD-nya, ia hijrah ke kota Bengkulu untuk melanjutkan sekolah hingga SMA. Sudah barang tentu, ia lebih pantas disebut orang Bengkulu dari pada orang Sunda. Budaya Bengkulu kian melekat pada dirinya. Ia belum pernah tahu tanah kelahirannya, kecuali saat ini, karena ia kuliah di Bandung.
      “Dit, udah dong kagumnya, kita mulai cabut ke rumahku,” ajak Sam memecahkan rasa takjub Radit.
      “Iya, bentar. Wah, gue seneng banget suasana di sini. Adem kayaknya,” ungkap Radit yang masih menampakkan kekagumannya.
      “Ya, di sini gak kayak di rumah kamu. Panas!”
      “Oh, jadi elu nyesel gue ajak ke rumah?” Radit ngotot.
      “Nggak, nggak. Bercanda.”
Sepanjang jalan, mereka melalui banyak pepohonan karet dan kelapa sawit. Sesekali ada pohon kelapa, ada perkebunan coklat, dan aneka hasil hutan lainnya.
      “Gila, Sam! Berapa lama lagi sih ke rumah lu? Jauh amat dari jalan utama. Kaki gue tepos nih,” gerutu Radit.
      “Sedikit lagi. Rumah aku di ujung jalan ini. Paling pojok.”
      “Buset, deh! Bener lu ya, butuh perjuangan buat menuntut ilmu. Jauh-jauh dari Bengkulu ke Bandung. Gila, gue hampir mati ketegangan selama perjalananan. Gue kira 30 jam Bandung ke Kota Bengkulu itu cukup. Eh, gak taunya nambah 10 jam lagi ke rumah lu. Ya Allah selamatkanlah hamba-Mu ini.”
      “Ya, namanya juga takdir. Dulu aku ingin sekali lihat tanah kelahiran orangtuaku di Tasik. Jawa tuh seperti apa, eh ternyata sama aja.”
      “Sama apaan? Jauh kali. Yang ada di sana serba modern. Jalan tol, mal, hotel. Lah di sini, hutan semua kayak gini. Listrik juga belum ada kan?”
      “Enak saja. Listrik udah ada di sini. Cuma nyalanya dari jam enam sore sampai jam dua belas malam.”
      “Masya Allah.”
      “Lagi pula di Bandung atau Tasik juga masih banyak juga daerah terpencil.”
      “Iya, tapi gak kayak gini.”
      Mereka terus saling meledek. Tapi, biar bagaimana pun Radit tetap senang dengan liburannya kali ini. Ini kali pertamanya melangkahkan kaki di Pulau Sumatra. Apalagi, Sam punya misi besar untuk mengubah Radit. Memang, apa yang mesti diubah dari Radit?
      “Pokoknya, kamu di sini harus mau menjalani terapi,” ujar Sam.
      “Iya, siap. Gue siap menjalankan misi besar dalam hidup gue: reformasi.”
      Sam nyengir.
      “Dasar, orang kota. Pulang dari sini, kamu jadi hitam, aku gak tanggung jawab ya!”
      “Iya, asal gue dikasih makan aja yang rutin. Yang jelas lu siap kan jadi guru gue?”
      “Iya.”
      Akhirnya mereka sampai di rumah Sam. Rumah permanen yang baru saja dibangun satu tahun lalu. Sebelumnya rumah Sam hanya bilik yang beratap alang-alang. Rumahnya dikelilingi rimba yang penuh dengan aneka ragam pepohonan. Di sebelah barat ada kebun karet, di sebelah timur ada sawah dengan kolam-kolam ikan nila, mas, mujair, di sebelah utara masih kebun karet dan ada juga sawit, dan di sebelah timur ada jalan yang kita lalui yang di sepanjang jalannya berjajar pohon serbamacam.
      Setelah menyalami kedua orang tuanya, Sam mengenalkan tamu ‘kota’-nya itu. Menjelang senja, mereka saling melepas rindu. Mereka hanya berempat. Kedua orangtua Sam tinggal di rumahnya. Sedangkan kakak-kakak Sam yang lain bertempat tinggal di kota dengan keluarganya masing-masing.
      Jika diperhatikan secara saksama, cerpen tersebut bercerita mengenai perjalanan Radit yang berasal dari kota ke sebuah desa di tengah hutan tempat Sam tinggal. Perjalananan tersebut mengesankan Radit karena ia baru pertama kali melakukan perjalanan selama empat puluh jam ke sebuah desa yang terletak di hutan. Berdasarkan penggalan tersebut, maka topik cerpen tersebut adalah perjalanan yang mengesankan.
Poin Penting
  1. Cerita pendek (cerpen) adalah karangan pendek yang berbentuk prosa;
  2. Topik adalah gagasan yang dijadikan dasar cerita dalam sebuah cerpen;
  3. Topik merupakan bagian dari tema suatu cerpen.
NILAI SOSIAL MASYARAKAT DALAM CERPEN
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menganalisis nilai sosial masyarakat dalam sebuah cerpen.

Sosok dalam foto di atas adalah Asma Nadia, seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Beberapa karyanya telah diangkat menjadi film, baik layar lebar atau sinema elektronik (sinetron). Di antaranya cerpen "Emak Ingin Naik Haji" yang sempat meraih nominasi pada Festival Film Indonesia 2009. Apakah kamu pernah membaca cerpen tersebut?
      Cerpen tersebut bercerita mengenai seorang ibu yang bermimpi untuk dapat melakukan ibadah haji. Namun, pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga pada awalnya membuat pesimistis dapat mewujudkan impian tersebut. Hal tersebut berbeda jauh dengan kondisi majikannya yang dengan mudah membawa anggota keluarganya untuk melakukan ibadah haji dan umrah.
      Jika kamu membaca cerpen tersebut, maka kamu akan melihat perbedaan kehidupan antara Emak dengan majikannya. Emak adalah orang miskin yang hidup bersama anaknya yang menduda. Kehidupannya bergantung pada penghasilannya yang tidak besar. Lain halnya dengan keluarga majikannya yang hidup dengan bergelimang harta dan berbagai kemudahan. Hal tersebut menunjukkan realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bukan?
      Meskipun bersifat fiksi, sebuah cerpen seringkali menggambarkan peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dari peristiwa tersebut, kita dapat mengambil banyak nilai yang dianut sebagai suatu norma dalam masyarakat. Di antaranya nilai sosial yang tecermin dalam peristiwa di dalam cerpen. Maka, pada pembahasan ini, akan dibahas nilai sosial masyarakat yang terdapat dalam sebuah cerpen dan langkag-langkah memahaminya.
      Cerita pendek (cerpen) adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa. Cerpen memiliki isi cerita yang lebih pendek daripada novel atau roman. Panjangnya tidak lebih dari 10.000 kata sehingga muncul anggapan bahwa cerpen dapat habis dibaca dalam satu kali duduk. Cerpen memiliki alur tunggal, yaitu rangkaian peristiwa di dalamnya cenderung sederhana, tidak memiliki konflik yang banyak, serta konflik di dalamnya tidak menyebabkan perubahan nasib pada tokohnya.
      Sebagai suatu karya sastra, cerpen tersusun atas beragam unsur pembangun, baik dari dalam cerpen itu sendiri (intrinsik) maupun dari luar cerpen (ekstrinsik). Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar cerpen yang mempengaruhi cerita dalam cerpen tersebut. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain sebagai berikut.
1. Biografi pengarang
      Biografi pengarang adalah latar belakang hidup pengarang cerpen. Kehidupan pengarang akan berpengaruh pada cerpen yang dia tulis. Biografi pengarang mencakup daerah asal pengarang, kehidupan keluarga, agama, pandangan hidup, profesi, dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan pengarang.
2. Kondisi masyarakat
      Kondisi masyarakat adalah keadaan masyarakat setempat saat cerpen ditulis oleh pengarang. Kondisi masyarakat yang disebabkan banyak faktor, seperti kondisi sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya, akan mempengaruhi cerita yang ditulis oleh seorang pengarang novel.
3. Nilai-nilai dalam cerita
      Nilai-nilai cerita adalah nilai-nilai yang disisipkan pengarang novel dalam karya yang ditulisnya. Nilai-nilai cerita mencakup berbagai aspek, yaitu moral, sosial, budaya, agama, politik, ekonomi, seni, dan lain-lain.
      Salah satu di antara unsur ekstrinsik tersebut, nilai sosial masyarakat seringkali ditemukan dalam sebuah cerpen. Cerpen yang memiliki nilai sosial masyarakat umumnya berisi tentang kehidupan sehari-hari yang menggambarkan perilaku masyarakat dengan segala masalah hidup yang dialaminya. Melalui gambaran tersebut, diharapkan pembaca dapat menemukan nilai-nilai yang dapat dipetik sebagai pelajaran dalam kehidupan nyata.
      Nilai sosial masyarakat dalam cerpen pada umumnya terwujud dalam beberapa bentuk berikut.
  1. Strata sosial, yaitu perbedaan status atau kelas sosial dalam masyarakat, misalnya perbedaan golongan kaya dengan miskin, terdidik dengan tak berpendidikan, atau terhormat dengan tercela;
  2. Perilaku sosial, yaitu watak, sikap, adat, dan kebiasaan sekelompok orang dalam suatu masyarakat;
  3. Ajaran sosial, yaitu nilai moral yang menjadi landasan hidup sekelompok masyarakat sehingga dapat dijadikan teladan yang baik.
      Langkah-langkah menentukan nilai sosial masyarakat dalam cerpen adalah sebagai berikut.
  1. Membaca keseluruhan isi cerpen secara saksama;
  2. Menandai setiap cerita, peristiwa, dan dialog yang menunjukkan adanya strata sosial, perilaku sosial, atau ajaran sosial;
  3. Menentukan nilai sosial masyarakat berdasarkan cerita, peristiwa, dan dialog yang telah ditandai sebelumnya;
  4. Menyimpulkan nilai sosial masyarakat yang dikandung cerpen secara keseluruhan.
Sebagai contoh, perhatikan cerpen berikut ini!

      Setelah dibaca secara saksama, maka dapat dilihat bahwa cerpen tersebut mengandung nilai-nilai sosial masyarakat. Pertama, masalah strata sosial. Di dalam cerpen tersebut, tidak adanya masalah perbedaan status atau kelas di dalam masyarakat. Masyarakat sekitar tempat Mbah Tejo tinggal adalah masyarakat yang egaliter, yaitu tidak memandang adanya perbedaan status. Mereka berbaur satu sama lain, hidup berdampingan dengan tetangga lainnya meski hidup dalam kemiskinan.
      Kedua, perilaku sosial. Masyarakat Kampung Busur adalah masyarakat yang memiliki nilai sosial tinggi. Mereka peduli pada sesama tetangga. Hal tersebut dibuktikan dengan kecurigaan Warjiman dan masyarakat lain saat Mbah Tejo tidak tampak di pekuburan tempatnya bekerja. Karena curiga, Warjiman memeriksa rumah Mbah Tejo dan menemukan Mbah Tejo tampak meratapi jenazah istrinya. Kecurigaan tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Begitu pula saat Mbah Marti hendak dikebumikan, masyarakat bahu-membahu membantu proses penguburan.
      Ketiga, ajaran sosial. Dari cerpen tersebut, dapat diambil beberapa pelajaran bagi pembaca, khususnya berkaitan dengan nilai moral yang dapat dijadikan landasan hidup. Ajaran sosial tersebut antara lain hidup bergotong royong dan saling membantu sebagaimana diperlihatkan oleh masyarakat Kampung Busur yang bahu-membahu membantu proses penguburan Mbah Marti.
Poin Penting
  1. Cerita pendek (cerpen) adalah karangan pendek yang berbentuk prosa;
  2. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar cerpen yang mempengaruhi cerita dalam cerpen tersebut.
  3. Nilai sosial masyarakat merupakan salah satu unsur ekstrinsik cerpen yang terwujud dalam berbagai bentuk, yaitu strata sosial, perilaku sosial, dan ajaran sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRUKTUR PENGURUS OSIS SMA YA BAKII KESUGIHAN CILACAP

  SUSUNAN KEPENGURUSAN OSIS SMA YA BAKII 1 KESUGIHAN PERIODE 2023-2024     A.     Kepala Sekolah                                 ...