CERPEN
TEMA,
LATAR, DAN ALUR DALAM CERPEN
Tujuan
Pembelajaran
Siswa mampu memahami unsur-unsur
intrinsik cerpen, khususnya tema, latar, dan alur.
Cerpen merupakan sebuah karangan pendek
yang umumnya dalam waktu 10 sampai 20 menit selesai untuk dibaca. Cerpen
mengandung penggalan cerita seseorang tentnag sebuah peristiwa, pertikaian,
kejadian menyedihkan, atau menyenangkan. Panjang sebuah cerpen umumnya sekitar
17 halaman atau kurang, akan tetapi untuk ukuran cerpen yang jauh lebih
panjang, akan menghabiskan waktu membaca sampai 1 jam atau 1 jam setengah.
Beberapa Unsur Instrinsik dalam Cerpen
Seperti
halnya jenis fiksi lain, cerpen juga memiliki unsur-unsur instrinsik di
dalamnya. Beberapa unsur intrinsik cerpen di antaranya tema, latar, dan alur. Ketiga
unsur intrinsik tersebut saling berhubungan dan membangun sebuah cerpen menjadi
utuh. Unsur intrinsik lainnya seperti tokoh, penokohan, dan amanat juga
memiliki peran yang sama pentingnya.
Tema
Tema
adalah sebuah gagasan dasar yang bersifat umum dan menjadi penopang dari sebuah
cerpen. Tema dalam cerpen sifatnya mengikat baik untuk hadir tidaknya sebuah
peristiwa, hadirnya konflik, dan untuk untuk seluruh unsur intrinsik lainnya
yang terdapat dalam cerita.
Alur
Alur
cerita merupakan sebuah rangkaian dari peristiwa yang akan membentuk sebuah
cerita. Alur berisi jalinan peristiwa yang pada akhirnya akan membuat sebuah
cerita atau cerpen berjalan. Setiap penulis cerpen akan memiliki alur cerita
untuk cerpennya secara berbeda-beda. Alur cerita sendiri bisa dibedakan menjadi
beberapa macam, di antaranya sebagai berikut.
- Alur maju, merupakan jenis alur
yang memiliki peristiwa yang terjadi mulai dari kejadian awal sampai
akhir. Alurnya berurut dan tidak ada cerita yang mengarah pada peristiwa
masa lalu.
- Alur mundur, merupakan jenis
alur yang menceritakan kejadian atau peristiwa sebelumnya. Dalam alur
mundur terkandung sejarah atau peristiwa yang pernah dialami tokoh secara
perseorangan atau secara umum di masa lalu.
- Alur campuran, merupakan jenis
alur gabungan dari alur maju dan alur mundur. Dalam satu cerpen terdapat
dua alur.
Secara
umum, alur memiliki beberapa tahapan. Tahapan-tahapan alur tersebut di
antaranya sebagai berikut.
- Tahap perkenalan. Tahapan ini
menjadi awal terjadinya peristiwa yang menjadi penjelasan awal.
- Tahap timbulnya konflik.
Konflik bisa muncul dengan berbagai peristiwa, konflik sendiri bisa
terjadi pada diri tokoh sendiri atau pertentangan antara tokoh utama
dengan tokoh lainnya.
- Tahap peningkatan konflik.
Tahapan ini menunjukkan bahwa konflik sudha mulai semakin serius dan
semakin rumit.
- Tahap klimaks. Tahap ini
merupakan puncak dari konflik yang terjadi.
- Tahap antiklimaks. Tahapan ini
menunjukkan konflik yang mulai mereda.
- Tahap penyelesaian. Tahapan ini
menjadi tahap penyelesaian konflik yang terjadi.
#Latar
Latar
merupakan penempatan tempat, waktu, dan lingkungan di sekitar tokoh dalam
cerpen.
- Latar tempat. Latar tempat ini
merupakan tempat atau lokasi kejadian dari peristiwa atau cerita yang
berlangsung dalam sebuah cerpen. Tempat yang diceritakan dalam cerpen bisa
diungkapkan dengan detail atau hanya disebutkan dengan nama atau inisial
saja.
- Latar waktu. Latar waktu
merupakan latar ketika atau kapan peristiwa dalam cerpen tersebut terjadi.
Sudah jelas, latar ini berhubungan erat dengan waktu kejadain peristiwa
dalam cerita.
- Latar sosial. Latar sosial
berhubungan erat dengan kondisi sosial lingkungan yang terdapat dalam
cerita. Latar sosial bisa dilihat dari kondisi kehidupan keluarga atau si
tokoh itu sendiri, adat istiadatnya, tradisinya, berbagai permasalahan di
lingkungan, serta status sosial tokoh-tokohnya.
Poin Penting
- Cerpen merupakan salah satu
fiksi yang memiliki jalan cerita yang pendek serta umumnya terjadi pada
satu waktu tertentu.
- Unsur intrinsik cerpen seperti
tema, latar, dan alur saling berhubungan dan berjalin membentuk sebuah
cerita.
- Unsur-unsur intrinsik dalam
cerpen tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
MENENTUKAN
TOPIK CERPEN
Tujuan
Pembelajaran
Siswa mampu menentukan topik cerpen.
Apakah kamu senang membaca cerpen?
Cerpen biasanya dapat dibaca di majalah,
koran, atau antologi cerpen. Sebagai suatu teks, cerpen memiliki karakteristik
yang berbeda dari teks-teks lainnya, seperti teks berita, esai, atau artikel.
Namun demikian, sebagaimana umumnya suatu teks, sebuah cerpen pasti memiliki
suatu topik yang menjadi landasan utama isinya. Pada pembahasan ini, akan
dijelaskan langkah-langkah menentukan topik suatu cerpen. Simak materi dan
contoh berikut ini!
Cerita
pendek (cerpen) adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa.
Cerpen memiliki isi cerita yang lebih pendek daripada novel atau roman.
Panjangnya tidak lebih dari 10.000 kata sehingga muncul anggapan bahwa cerpen
dapat habis dibaca dalam satu kali duduk. Cerpen memiliki alur tunggal, yaitu
rangkaian peristiwa di dalamnya cenderung sederhana, tidak memiliki konflik
yang banyak, serta konflik di dalamnya tidak menyebabkan perubahan nasib pada
tokohnya.
Sebagai
suatu karya sastra, cerpen tentu memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu unsur
pembangun cerpen dari dalam cerpen itu sendiri, seperti: tema, amanat, latar,
alur, tokoh dan penokohan, serta sudut pandang. Di antara unsur-unsur tersebut,
tema merupakan salah satu unsur pokok dalam cerpen. Tema ialah ide pokok yang
menjadi dasar cerita suatu cerpen. Dasar cerita tersebut sering juga disebut
dengan topik.
Topik
adalah gagasan yang dijadikan dasar cerita dalam sebuah cerpen. Menentukan
topik suatu cerpen sama saja mencari tahu “tema-tema kecil” dari cerpen tersebut.
Hal itu menunjukkan bahwa topik merupakan bagian dari tema suatu cerpen. Suatu
cerpen pasti memiliki sebuah tema atau topik besar yang menjadi gagasan utama.
Namun demikian, bagian-bagian kecil dari cerpen bisa jadi terdiri atas beberapa
topik kecil lainnya.
Untuk
dapat menentukan topik suatu cerpen, langkah-langkah yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut.
- Membaca seluruh isi cerpen
dengan saksama;
- Menandai setiap peristiwa dalam
cerpen secara berurutan;
- Menentukan topik kecil dari setiap
urutan peristiwa yang telah ditandai;
- Menentukan tema sebagai topik
besar dari cerpen tersebut.
Perhatikan
Contoh
Sebagai contoh, perhatikan penggalan
cerpen berikut ini!
Bimbel Spesial Liburan
Oleh: Reza S. Nugraha
Selamat
datang kampung liburan!
Radit
begitu puas menginjakkan kakinya di kampung ini. Wajahnya kian sumringah
tatkala Sam menyetop mobil pribadi yang disulap menjadi angkutan umum ini.
“Ini dia dusunku,” ujar Sam sebelum melangkahkan kakinya.
“Wah, hutan bener, ya... Tapi, swear belum apa-apa, udah berkesan banget, apalagi tadi sepanjang perjalanan!” tutur Radit yang masih masih mengeluarkan ekspresi takjub.
“Ini dia dusunku,” ujar Sam sebelum melangkahkan kakinya.
“Wah, hutan bener, ya... Tapi, swear belum apa-apa, udah berkesan banget, apalagi tadi sepanjang perjalanan!” tutur Radit yang masih masih mengeluarkan ekspresi takjub.
Sam
tak perlu tersinggung dengan ucapan Radit. Hutan. Memang benar ini hutan. Tapi
inilah tanah kelahiran Sam. Sebuah pemukiman para transmigran di utara
Bengkulu. Orangtua Sam asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Tiga puluh tahun lalu, Apa
dan Emaknya meninggalkan tanah Pasundan demi melaksanakan program pemerintah
kala itu, transmigrasi.
Sam
sendiri lahir dan besar di Bengkulu. Selepas menyelesaikan SD-nya, ia hijrah ke
kota Bengkulu untuk melanjutkan sekolah hingga SMA. Sudah barang tentu, ia
lebih pantas disebut orang Bengkulu dari pada orang Sunda. Budaya Bengkulu kian
melekat pada dirinya. Ia belum pernah tahu tanah kelahirannya, kecuali saat
ini, karena ia kuliah di Bandung.
“Dit,
udah dong kagumnya, kita mulai cabut ke rumahku,” ajak Sam memecahkan rasa
takjub Radit.
“Iya,
bentar. Wah, gue seneng banget suasana di sini. Adem kayaknya,” ungkap Radit
yang masih menampakkan kekagumannya.
“Ya,
di sini gak kayak di rumah kamu. Panas!”
“Oh,
jadi elu nyesel gue ajak ke rumah?” Radit ngotot.
“Nggak,
nggak. Bercanda.”
Sepanjang jalan, mereka melalui banyak pepohonan karet dan kelapa sawit. Sesekali ada pohon kelapa, ada perkebunan coklat, dan aneka hasil hutan lainnya.
Sepanjang jalan, mereka melalui banyak pepohonan karet dan kelapa sawit. Sesekali ada pohon kelapa, ada perkebunan coklat, dan aneka hasil hutan lainnya.
“Gila,
Sam! Berapa lama lagi sih ke rumah lu? Jauh amat dari jalan utama. Kaki gue
tepos nih,” gerutu Radit.
“Sedikit
lagi. Rumah aku di ujung jalan ini. Paling pojok.”
“Buset,
deh! Bener lu ya, butuh perjuangan buat menuntut ilmu. Jauh-jauh dari Bengkulu
ke Bandung. Gila, gue hampir mati ketegangan selama perjalananan. Gue kira 30
jam Bandung ke Kota Bengkulu itu cukup. Eh, gak taunya nambah 10 jam lagi ke
rumah lu. Ya Allah selamatkanlah hamba-Mu ini.”
“Ya,
namanya juga takdir. Dulu aku ingin sekali lihat tanah kelahiran orangtuaku di
Tasik. Jawa tuh seperti apa, eh ternyata sama aja.”
“Sama
apaan? Jauh kali. Yang ada di sana serba modern. Jalan tol, mal, hotel. Lah di
sini, hutan semua kayak gini. Listrik juga belum ada kan?”
“Enak saja. Listrik udah ada di sini. Cuma nyalanya dari jam enam sore sampai jam dua belas malam.”
“Enak saja. Listrik udah ada di sini. Cuma nyalanya dari jam enam sore sampai jam dua belas malam.”
“Masya
Allah.”
“Lagi
pula di Bandung atau Tasik juga masih banyak juga daerah terpencil.”
“Iya,
tapi gak kayak gini.”
Mereka
terus saling meledek. Tapi, biar bagaimana pun Radit tetap senang dengan
liburannya kali ini. Ini kali pertamanya melangkahkan kaki di Pulau Sumatra.
Apalagi, Sam punya misi besar untuk mengubah Radit. Memang, apa yang mesti
diubah dari Radit?
“Pokoknya,
kamu di sini harus mau menjalani terapi,” ujar Sam.
“Iya,
siap. Gue siap menjalankan misi besar dalam hidup gue: reformasi.”
Sam
nyengir.
“Dasar,
orang kota. Pulang dari sini, kamu jadi hitam, aku gak tanggung jawab ya!”
“Iya,
asal gue dikasih makan aja yang rutin. Yang jelas lu siap kan jadi guru gue?”
“Iya.”
Akhirnya
mereka sampai di rumah Sam. Rumah permanen yang baru saja dibangun satu tahun
lalu. Sebelumnya rumah Sam hanya bilik yang beratap alang-alang. Rumahnya
dikelilingi rimba yang penuh dengan aneka ragam pepohonan. Di sebelah barat ada
kebun karet, di sebelah timur ada sawah dengan kolam-kolam ikan nila, mas,
mujair, di sebelah utara masih kebun karet dan ada juga sawit, dan di sebelah
timur ada jalan yang kita lalui yang di sepanjang jalannya berjajar pohon
serbamacam.
Setelah
menyalami kedua orang tuanya, Sam mengenalkan tamu ‘kota’-nya itu. Menjelang
senja, mereka saling melepas rindu. Mereka hanya berempat. Kedua orangtua Sam
tinggal di rumahnya. Sedangkan kakak-kakak Sam yang lain bertempat tinggal di
kota dengan keluarganya masing-masing.
Jika
diperhatikan secara saksama, cerpen tersebut bercerita mengenai perjalanan
Radit yang berasal dari kota ke sebuah desa di tengah hutan tempat Sam tinggal.
Perjalananan tersebut mengesankan Radit karena ia baru pertama kali melakukan
perjalanan selama empat puluh jam ke sebuah desa yang terletak di hutan.
Berdasarkan penggalan tersebut, maka topik cerpen tersebut adalah perjalanan
yang mengesankan.
Poin Penting
- Cerita pendek (cerpen) adalah
karangan pendek yang berbentuk prosa;
- Topik adalah gagasan yang
dijadikan dasar cerita dalam sebuah cerpen;
- Topik merupakan bagian dari
tema suatu cerpen.
NILAI
SOSIAL MASYARAKAT DALAM CERPEN
Tujuan
Pembelajaran
Siswa mampu menganalisis nilai sosial
masyarakat dalam sebuah cerpen.
Sosok dalam foto di atas adalah Asma
Nadia, seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Beberapa karyanya telah
diangkat menjadi film, baik layar lebar atau sinema elektronik (sinetron). Di
antaranya cerpen "Emak Ingin Naik Haji" yang sempat meraih nominasi
pada Festival Film Indonesia 2009. Apakah kamu pernah membaca cerpen tersebut?
Cerpen
tersebut bercerita mengenai seorang ibu yang bermimpi untuk dapat melakukan
ibadah haji. Namun, pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga pada awalnya
membuat pesimistis dapat mewujudkan impian tersebut. Hal tersebut berbeda jauh
dengan kondisi majikannya yang dengan mudah membawa anggota keluarganya untuk
melakukan ibadah haji dan umrah.
Jika
kamu membaca cerpen tersebut, maka kamu akan melihat perbedaan kehidupan antara
Emak dengan majikannya. Emak adalah orang miskin yang hidup bersama anaknya
yang menduda. Kehidupannya bergantung pada penghasilannya yang tidak besar.
Lain halnya dengan keluarga majikannya yang hidup dengan bergelimang harta dan
berbagai kemudahan. Hal tersebut menunjukkan realita yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, bukan?
Meskipun
bersifat fiksi, sebuah cerpen seringkali menggambarkan peristiwa yang biasa
terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dari peristiwa tersebut, kita dapat
mengambil banyak nilai yang dianut sebagai suatu norma dalam masyarakat. Di
antaranya nilai sosial yang tecermin dalam peristiwa di dalam cerpen. Maka,
pada pembahasan ini, akan dibahas nilai sosial masyarakat yang terdapat dalam
sebuah cerpen dan langkag-langkah memahaminya.
Cerita
pendek (cerpen) adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa.
Cerpen memiliki isi cerita yang lebih pendek daripada novel atau roman.
Panjangnya tidak lebih dari 10.000 kata sehingga muncul anggapan bahwa cerpen
dapat habis dibaca dalam satu kali duduk. Cerpen memiliki alur tunggal, yaitu rangkaian
peristiwa di dalamnya cenderung sederhana, tidak memiliki konflik yang banyak,
serta konflik di dalamnya tidak menyebabkan perubahan nasib pada tokohnya.
Sebagai
suatu karya sastra, cerpen tersusun atas beragam unsur pembangun, baik dari dalam
cerpen itu sendiri (intrinsik) maupun dari luar cerpen (ekstrinsik). Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar cerpen yang mempengaruhi cerita dalam
cerpen tersebut. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain sebagai berikut.
1. Biografi pengarang
Biografi
pengarang adalah latar belakang hidup pengarang cerpen. Kehidupan pengarang
akan berpengaruh pada cerpen yang dia tulis. Biografi pengarang mencakup daerah
asal pengarang, kehidupan keluarga, agama, pandangan hidup, profesi, dan segala
hal yang berkaitan dengan kehidupan pengarang.
2. Kondisi masyarakat
Kondisi
masyarakat adalah keadaan masyarakat setempat saat cerpen ditulis oleh
pengarang. Kondisi masyarakat yang disebabkan banyak faktor, seperti kondisi
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya, akan mempengaruhi cerita yang
ditulis oleh seorang pengarang novel.
3. Nilai-nilai dalam cerita
Nilai-nilai
cerita adalah nilai-nilai yang disisipkan pengarang novel dalam karya yang
ditulisnya. Nilai-nilai cerita mencakup berbagai aspek, yaitu moral, sosial,
budaya, agama, politik, ekonomi, seni, dan lain-lain.
Salah
satu di antara unsur ekstrinsik tersebut, nilai sosial masyarakat seringkali
ditemukan dalam sebuah cerpen. Cerpen yang memiliki nilai sosial masyarakat
umumnya berisi tentang kehidupan sehari-hari yang menggambarkan perilaku
masyarakat dengan segala masalah hidup yang dialaminya. Melalui gambaran
tersebut, diharapkan pembaca dapat menemukan nilai-nilai yang dapat dipetik
sebagai pelajaran dalam kehidupan nyata.
Nilai
sosial masyarakat dalam cerpen pada umumnya terwujud dalam beberapa bentuk
berikut.
- Strata sosial, yaitu perbedaan
status atau kelas sosial dalam masyarakat, misalnya perbedaan golongan
kaya dengan miskin, terdidik dengan tak berpendidikan, atau terhormat
dengan tercela;
- Perilaku sosial, yaitu watak,
sikap, adat, dan kebiasaan sekelompok orang dalam suatu masyarakat;
- Ajaran sosial, yaitu nilai
moral yang menjadi landasan hidup sekelompok masyarakat sehingga dapat
dijadikan teladan yang baik.
Langkah-langkah
menentukan nilai sosial masyarakat dalam cerpen adalah sebagai berikut.
- Membaca keseluruhan isi cerpen
secara saksama;
- Menandai setiap cerita,
peristiwa, dan dialog yang menunjukkan adanya strata sosial, perilaku
sosial, atau ajaran sosial;
- Menentukan nilai sosial
masyarakat berdasarkan cerita, peristiwa, dan dialog yang telah ditandai
sebelumnya;
- Menyimpulkan nilai sosial
masyarakat yang dikandung cerpen secara keseluruhan.
Sebagai contoh, perhatikan cerpen
berikut ini!
Setelah
dibaca secara saksama, maka dapat dilihat bahwa cerpen tersebut mengandung
nilai-nilai sosial masyarakat. Pertama, masalah strata sosial. Di dalam cerpen
tersebut, tidak adanya masalah perbedaan status atau kelas di dalam masyarakat.
Masyarakat sekitar tempat Mbah Tejo tinggal adalah masyarakat yang egaliter,
yaitu tidak memandang adanya perbedaan status. Mereka berbaur satu sama lain,
hidup berdampingan dengan tetangga lainnya meski hidup dalam kemiskinan.
Kedua,
perilaku sosial. Masyarakat Kampung Busur adalah masyarakat yang memiliki nilai
sosial tinggi. Mereka peduli pada sesama tetangga. Hal tersebut dibuktikan
dengan kecurigaan Warjiman dan masyarakat lain saat Mbah Tejo tidak tampak di
pekuburan tempatnya bekerja. Karena curiga, Warjiman memeriksa rumah Mbah Tejo
dan menemukan Mbah Tejo tampak meratapi jenazah istrinya. Kecurigaan tersebut
merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Begitu pula saat Mbah Marti hendak
dikebumikan, masyarakat bahu-membahu membantu proses penguburan.
Ketiga,
ajaran sosial. Dari cerpen tersebut, dapat diambil beberapa pelajaran bagi
pembaca, khususnya berkaitan dengan nilai moral yang dapat dijadikan landasan
hidup. Ajaran sosial tersebut antara lain hidup bergotong royong dan saling
membantu sebagaimana diperlihatkan oleh masyarakat Kampung Busur yang
bahu-membahu membantu proses penguburan Mbah Marti.
Poin Penting
- Cerita pendek (cerpen) adalah
karangan pendek yang berbentuk prosa;
- Unsur ekstrinsik adalah
unsur-unsur di luar cerpen yang mempengaruhi cerita dalam cerpen tersebut.
- Nilai sosial masyarakat
merupakan salah satu unsur ekstrinsik cerpen yang terwujud dalam berbagai
bentuk, yaitu strata sosial, perilaku sosial, dan ajaran sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar